"Dani pintar. Tetapi, ia suka membantah, " tulis Imelda. Â
Saya terdiam. Tidak membalas pesan Imelda.
"Dani tidak seperti yang Imelda katakan, mas. Saya tahu dia," kata Frans suatu kali ketika saya mintai pendapatnya tentang Dani.
Satu Dani. Dua pendapat.
Mengapa Imelda dan Frans (bisa) memiliki pendapat yang berbeda tentang Dani? Apakah Imelda dan Frans memilki sikap atau laku atau imajinasi yang berbeda-beda? Apakah emosional memengaruhi persepsi?
Kemarin malam sambil menikmati panganan kecil dan uap teh di kedai depan kostel yang saya sewa, Kemitri, teman satu kostel, memberikan ulasan menarik ketika saya kisahkan kepadanya 2 (dua) cerita diatas. Tentang Ida dan Dani.
Intinya begini: menurutnya, di dunia ini hanya ada 2 (dua) kelompok manusia dilihat dari bagaimana cara mereka memerhatikan, memahami, atau menafsirkan sesuatu.
Pertama, katanya, adalah kelompok manusia yang gemar memahami dan menafsirkan sesuatu berdasarkan prinsip/asas 'as we wish'. Kedua, adalah kelompok yang memegang asas 'as it is'.
"Banyak sekali orang melihat sesuatu dengan prinsip 'as we wish', bukan 'as it is'. Jika kita memegang asas 'as we wish', tanggapan bisa sangat beragam. Tanggapan yang berbeda melahirkan opini yang berbeda. Dan, orang memasak opini menjadi berita, " katanya.
"Persepsi membuat kita salah mengartikan realitas," sambungnya.
(Banyak orang) biasanya menerima persepsinya sebagai kenyataan, meskipun kenyataannya tidaklah seperti itu. Dan itu juga merupakan bukti betapa kekuatan imajinasi bisa mengalahkan nalar (realitas).