Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tersihir Guna-guna Kota Tua Tbilisi di Malam Hari

23 November 2015   16:28 Diperbarui: 23 November 2015   18:57 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Kota Tbilisi, ibu kota Republik Georgia memang terus mempesona. Setelah sempat terpana dengan keindahan Rstavelli Avenue dengan gedung-gudung tua yang indah dan kaki limanya yang lebar dan nyaman, perjalanan senja itu dilanjutkan dengan menyeberangi Tavisuplebis Moedani atau Freedom Square.


Dari Freedom Square ini, mulailah pengembaraan di Kota Tua Tbilisi. Rumah-rumah berusia ratusan tahun dengan balkon yang khas menjadi ciri Kota Tblisi ada di mana-mana. Rumah berlantai tiga atau empat dengan balkon berukir khas dan warna yang memukai ini yang membuat kota tua Tbilisi mendapatkan jati dirinya. Jalan-jalan kecil yang berliku serta senja yang kian temaram membuat perjalanan ini kian menarik dan penuh misteri.


Di suatu tempat, saya berjumpa dengan bangunan yang mirip masjid atau memang benar-benar sebuah masjid. Berlantai dua dengan pintu dan jendela yang memiliki relung bagaikan masjdi-masjid model Persia. Di atasnya banyak hiasan menara-menara kecil dengan kubah-kubah mini. Dindingnya terbuat dari bata merah yang menunjukkan seakan-akan bangunan ini masih dalam tahap pembangunan. Namun, kesan tua juga tidak dapat dihilangkan karena lingkungan di sini memang dipenuhi bangunan tua. Tidak jauh dari sini juga ada sebuah gereja tua yang tampaknya cukup menyeramkan di senja itu.


Hari kian senja dan langit mulai berubah menjadi gelap. Saya sempat mampir di sebuah warung kecil dan memesan makanan sejenis kebab dengan daging yang diiris kecil-kecil. Di rak makanan banyak dipajang makanan khas Georgia berbentuk roti dan juga kadang-kadang mirip martabak. Harga makanan di warung kecil ini juga tidak mahal. Cukup beberapa Lari saja dan saya sempat salah membayar dengan uang Lira yang masih tersisa dari Istanbul. Maklum perbedaannya hanya Lari dan Lira!


Perjalanan di kota tua terus berlanjut dan sampai di kawasan di mana banyak cafe yang menyediakan tempat duduk di udara terbuka. Langit yang cerah berbintang dan udara yang sejuk membuat atmosfer Kota Tbilsi ini sangat pas untuk dinikmati. Bangunan cafenya sendiri juga pas dengan ciri utama kota tua Tblisi dengan balkon berukir. Tulisan dalam aksara Georgia sebagai nama cafe makin menegaskan keberadaan tempat ini di jantung Kaukasus.


Di tepian Sungai Kura, pemandangan malam Kota Tblisi terasa kian mempesona. Angin semilir yang berhembus terasa sangat serasi dengan bangunan dan monumen yang berusia ratusan tahun yang terang-benderang oleh lampu sorot berwarna kuning keemasan. Tampak di kejauhan betapa megahnya Metekhi Church dengan patung Raja Vakhtang Gorgasalli yang dengan gagah sedang menunggang kuda.


Kami kemudian menyeberangi jembatan di atas Sungai Kura dan menuju stasiun kereta gantung yang bisa membawa kita ke puncak bukit di dekat Benteng Narikala. Ongkosnya pun sangat murah, yaitu 1 Lari sekali naik. Dan dari atas bukit ini kita dapat menikmeti keindahan Kota Tbilisi di malam hari. Tampak di kejauhan Sungai Kura yang meliuk-liuk dengan Bridge of Peace dan juga gereja Ortodoks terbesar di Tbilis, yaitu Tsiminda Sameba Cathedral di seberang bukit sana.


Tidak lama kemudian perjalanan dilanjutkan dengan kembali ke stasiun kereta gantung yang berada di dekat sebuah lapangan yang dinamakan Europe Square. Perjalanan kembali ke hotel dilanjutkan dengan naik ke atas bukit menuju Stasiun Metro Avlabari. Jalan-jalan kecil yang terbuat dari batu, rumah-rumah tua dan dan monumen yang disoroti lampu kuning menemani perjalanan ini. Perjalanan dalam sepi ini membuat daya sihir kota tua Tblisi kian meresap di sanubari.


Sekitar 10 menit kemudian, akhirnya kami tiba di Stasiun Metro Avlabari yang ditandai dengan huruf M besar dan juga ada beberapa marshrutka yang sedang lalu lalang di sekitarnya. Kembali kami harus menuruni eskalator panjang menuju ke platform dan kemudian menuju Stasiun Square dan pindah kereta yang menuju ke Technical University.


Perjalanan senja dan malam hari di Tblisi yang memiliki daya sihir tinggi dengan pesona keunikan dan keindahan atmosfer kota tua yang tidak lekang digerus waktu. Bagaikan tersihir oleh guna-guna, daya pikatnya terus melekat di dalam hati, bahkan sampai beberapa waktu kemudian, ingatan dan kenangan kota tua Tbilisi terus melekat di dalam kalbu. Tbi;os Loves you!

 

Tbilisi Georgia

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun