Tempat Perjanjian Kaliurang: Diplomasi di Kaki Merapi
Destinasi berikutnya adalah sebuah kompleks peristirahatan dengan halaman luas. Di papan namanya tertulis: "Kagungan Dalem Pesanggrahan Ngeksigondo," dengan huruf emas di latar kuning serta lambang Kesultanan Yogyakarta. Artinya, kompleks ini milik keraton.
Di sebelahnya ada papan keterangan bahwa bangunan ini merupakan cagar budaya, lengkap dengan informasi mengenai Perjanjian Kaliurang. Di sinilah sejarah bangsa Indonesia ditorehkan.
Tahun 1948, setelah Agresi Militer Belanda I, para pemimpin Republik bertemu dengan Komisi Tiga Negara yang terdiri dari Amerika, Belgia, dan Australia. Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, serta Sri Sultan Hamengkubuwono IX hadir di sini, mencoba mencari jalan keluar lewat diplomasi.
Membayangkan peristiwa itu sambil berdiri di lokasi yang sama membuat bulu kuduk saya meremang. Angin sejuk Kaliurang terasa seperti bisikan sejarah. Bahwa kemerdekaan bukan hadiah, melainkan hasil perjuangan di medan perang maupun meja perundingan.
Kalau museum gempa tadi mengingatkan rapuhnya manusia di hadapan alam, tempat ini mengingatkan rapuhnya bangsa di hadapan politik dunia. Tetapi ada juga kebijaksanaan: bahwa dengan negosiasi, dengan sabar, sebuah bangsa bisa bertahan.
Sayang pintu tempat ini tertutup rapat sehingga saya hanya bisa menikmatinya dari luar.
Gardu Pandang, Vila RRI, dan Kenangan Pelawangan
Kendaraan terus bergerak perlahan hingga melewati gardu pandang. Kami hanya berhenti sejenak untuk berfoto dari kejauhan. Harga tiket masuk tercantum Rp4.000 untuk wisatawan domestik.