Botanical Garden: Jeda di Tengah Perjalanan
Perjalanan berlanjut ke Kaliurang Botanical Garden. Taman ini terasa seperti jeda yang menyenangkan setelah serius merenungi bencana. Bunga warna-warni mekar, pepohonan rapi, dan kursi-kursi taman tersedia untuk siapa saja yang ingin sekadar duduk.
Ada suara tawa keluarga, ada pasangan muda yang sibuk berfoto. Bagi saya, Botanical Garden adalah ruang untuk bernapas. Setelah pikiran diguncang tentang betapa rapuhnya manusia di hadapan alam, di sini saya kembali percaya pada kehidupan. Selalu ada bunga yang tumbuh setelah badai, selalu ada tawa setelah tangis.
Villa Van Resink: Rumah yang Menyimpan Rahasia
Masih di kawasan taman, ada sebuah bangunan kolonial tua: Villa Van Resink. Dari luar pagar hitam yang tinggi, terlihat rumah bergaya Eropa dengan atap merah dan dinding putih.
Di pagar hitam terpampang beberapa larangan: "Dilarang Masuk", "Dilarang Parkir", serta keterangan bahwa ini bukan pintu masuk wisata. Rumah ini tampak hanya berfungsi sebagai vila atau penginapan yang tak boleh sembarangan dikunjungi, seakan menyimpan rahasia yang hanya bisa dijangkau lewat imajinasi.
Van Resink sendiri nama yang asing bagi saya, mungkin pejabat Belanda dulu. Nanti akan saya cari informasinya lebih lanjut.
Memandang rumah ini, saya merasa sedang menatap persilangan sejarah. Dulu, vila-vila di Kaliurang memang dibangun oleh orang Belanda untuk beristirahat dari panasnya Yogya. Tetapi rumah Van Resink bukan sekadar vila, melainkan saksi perjalanan sejarah dari era kolonial sampai era republik.
Uniknya, tak jauh dari vila ini ada sebuah rumah tua dengan papan sindiran halus: "Hanya Monyet yang Boleh Buang Sampah Sembarangan."