Jadi, kalau Anda ke Beijing, selain menikmati Great Wall, Kota Terlarang, dan Tiananmen, luangkan waktu untuk ke museum Lu Xun. Berdiri di ruang yang pernah dihuni pemikiran yang dipandang membahayakan oleh rezim, baca karya-karyanya langsung, pegang benda-benda yang pernah disentuhnya, dan biarkan hati Anda terhubung dengan sejarah yang tak pernah bisa dibungkam sepenuhnya.
Karena di sanalah kita bisa pulang sedikit lebih ringan, bahwa suara kritis, sekalipun terpinggirkan, tetap abadi --- seperti kumis kecil di wajah: tampak sederhana, tapi sulit dihapus.
Semoga suatu saat nanti akan ada museum untuk Eros Djarot, Slamet Rahardjo atau bahkan Christine Hakim dan Teguh Karya?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI