"Manusia dan alam sejatinya hidup berdampingan, bukan berseberangan. Dan melestarikan mangrove menjadi salah satu tindakan konkret nyata."
Di sebelahnya, terdapat area pembibitan mangrove dengan papan bertuliskan #ClimateActionNow dan hashtag terkait lokasi, menandakan bahwa tempat ini bukan hanya wisata tetapi juga pusat konservasi. Pesan pelestarian alam sangat kental dan dominan di tempat ini. Walau cuma berkunjung, saya seakan ikut serta dalam pelestarian hutan bakau.
Kami terus berjalan di jembatan yang terbuat dari bambu, ada suara burung, ada juga biawak atau mungkin otter atau berang-berang, sayang kami tidak melihat monyet di sini, mungkin takut dengan saya atau Pak Sutiono. Angin laut berhembus perlahan, walau langit terik, tetap teduh di bawah naungan pohon bakau yang akarnya terlihat telanjang di atas permukaan air. Berjalan di sini sangat asyik. Kalau lelah, bisa duduk santai di kursi kayu yang ada di tepian jembatan bambu.
Ada jembatan batu yang melengkung indah, ada pula spot foto yang sengaja disiapkan untuk para pengunjung. mas Bambang hari ini menjadi bintang , fotonya memakai kaus kuning ada di berbagai spot menarik. Tim Kreatoria juga mengambil video berisi pesan dan kesan di ujung dermaga yang membawa kita ke laut lepas yang mirip danau besar yang tenang. Dari celah rimbun pohon, sinar matahari memantul ke permukaan air, menciptakan kilauan yang indah. Sesekali kami berhenti, bukan hanya untuk foto, tapi juga untuk benar-benar meresapi ketenangan yang jarang ditemui di Jakarta.
Hutan mangrove ini bukan hanya indah, tapi juga menjadi benteng alami yang penting untuk melindungi kawasan pesisir. Papan informasi yang terpasang di beberapa titik mengingatkan kami akan peran vital pohon-pohon ini dalam menahan abrasi dan menjaga ekosistem. Sebuah pesan yang terasa lebih kuat ketika disampaikan langsung di tengah keheningan hutan.
Tak terasa waktu berjalan cepat. Tiba waktunya untuk makan siang. Sebelumnya Tim Kreatoria kembali mewawancarai Pak Sutiono dan Mbak Erin, bahkan menggunakan bahasa Jepang.
Makan siang di dengan menu ayam geprek pedas atau ayam terasi terasa sangat nikmat, minumnya bisa air mineral atau teh pucuk segar.
Selesai makan siang, ada yang mampir ke mushola sejenak sambil beristirahat. Jalan -jalan dilanjutkan dengan menjajagi jembatan kayu dan naik ke menara pandang.
Kami terus menyusuri jembatan kayu yang berkelok, melewati menara pandang yang menawarkan pemandangan lebih luas. Dari atas menara, hamparan hijau mangrove terlihat seperti karpet raksasa yang menyelimuti permukaan air. Sesekali kami melihat burung-burung laut beterbangan, menambah kesan alami dan damai
Mbak muthiah juga mengajak ke vila tenda yang cantik. Sayangnya terlihat kurang terawat dan mungkin lama tidak digunakan. Di ujung deretan vila ada Cafe dua lantai di atas laut yang dikelilingi jembatan kayu yang cantik. Karena udara yang panas terik saya hanya menikmati keindahan ini dari kejauhan saja.