Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menyusuri Rimbun Hijau Bersama Clickompasiana dan Kreatoria

24 Agustus 2025   14:12 Diperbarui: 24 Agustus 2025   14:12 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TWA Mangrove Angke Kapik : dokpri 

Pagi masih menggantungkan sisa gelapnya ketika saya melangkah keluar rumah. Jam di gadget  baru menunjukkan sekitar pukul 05.30, dan saya sudah bersiap menuju stasiun Bekasi dengan ojol warna hijau. Tetangga dan pak satpam sempat mengucapkan selamat pagi dan mengangguk ramah.
Dua kereta gerbong CL125 berbaris rapi ketika saya tiba di stasiun Bekasi. Satu di peron 7 baru saja berangkat sehingga saya naik yang menuju Angke di peron 4.  Udara pagi yang yang sejuk  menjadi teman perjalanan menuju Stasiun Manggarai. Sekitar pukul 6.15 saya sudah tiba Manggarai dan masih sempat mampir mengisi air mineral serta ke toilet. Saya fikir masih cukup waktu agar tidak terlambat tiba di Stasiun Kota pukul 7 pagi.
Namun saya sedikit salah perkiraan, kereta banyak menunggu di beberapa stasiun baik di Juanda, Mangga Besar dan Jayakarta sehingga baru pukul 07.10 saya sampai di Stasiun Kota.

Stasiun Manggarai: dokpri 
Stasiun Manggarai: dokpri 

Kereta pagi itu lumayan padat, tapi tak mengurangi rasa antusias karena di ujung perjalanan menanti sebuah petualangan kecil bersama teman-teman Clickompasiana dan Kreatoria. Di lobi stasiun, sudah ada beberapa wajah familiar yang tersenyum ramah: Mbak Mutiah, Mas Bambang Irwanto, mbak Ria Agustina dan beberapa peserta lainnya yang sudah tiba lebih dulu. Pak Sutiono sendiri tiba hampir bareng karena kami ternyata satu kereta hanya beda gerbong.
Kami saling menyapa hangat, bercanda sebentar, dan menunggu peserta lain yang belum sampai. Mbak Muthiah memberi saya hadiah sebuah bak poin kecil dan kudapan berupa pastel, lumayan untuk mengisi perut.

Sekitar pukul 7. 45, ketika  semua peserta sudah lengkap berkumpul, perjalanan dilanjutkan. Kami berjalan menuju halte TransJakarta terdekat. Udara Jakarta yang mulai menghangat disapu oleh semilir angin ketika kami menunggu bus di  menuju Glodok. Dari sana, perjalanan masih cukup panjang. Kami berganti bus TransJakarta lagi, kali ini jurusan 1A, tujuan Pantai Maju via PIK.

Di dalam bus, suasana cukup ramai. Sebagian melanjutkan tidur ayam, sementara saya asyik bermain gadget sementara pikiran melayang mengenang perjalanan ke TWA Mangrove Angke Kapuk terdahulu. yang akan kami kunjungi.
Walau sudah dua kali ke sini, saya  tetap antusias karena kali ini bersama komunitas. Perjalanan memakan waktu hampir satu jam, cukup untuk melihat pemandangan kota berganti dengan kawasan yang lebih rapi dan asri. Akhirnya kami tiba di halte depan Sekolah Buddha Tzu Chi.

Buddah TsuChi: dokpri 
Buddah TsuChi: dokpri 

Langkah kaki kami kemudian menyusuri kaki lima menuju lokasi TWA Mangrove. Sekitar 10 menit berjalan, mata kami dimanjakan oleh pemandangan yang tidak biasa: bangunan sekolah Buddha Tzu Chi yang megah, mulai dari PAUD hingga SD, dengan arsitektur modern yang anggun. Di sebelahnya, berdiri pula sebuah rumah sakit megah yang memberikan kesan ramah, mungkin karena citra aliran Tsuchi yang terkenal dermawan.

"Taman Wisata Alam Angke Kapuk Jakarta Utara," demikian tertulis pada pintu gerbang. Terlihat dua menara kayu yang mengapit papan nama besar bertuliskan nama tempat tersebut.
Di sekitarnya ada pepohonan hijau yang menandakan area ini merupakan kawasan konservasi alam. Ada juga beberapa bendera merah putih dan ornamen warna-warni yang  dipasang untuk memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan

Masjid Al Hikmah: dokpri 
Masjid Al Hikmah: dokpri 

Kami masuk melewati gerbang dan di sebelah kiri  ada masjid Al-Hikmah yang terbuat dari kayu warna cokelat tua yang cantik, terlihat serasi dengan suasana alami di sekitar.
Kami sampai di gerbang kedua yang merupakan tempat penjualan tiket masuk. Asyiknya tiket masuk gratis, cukup dengan menunjukkan bukti follow akun media sosial mereka di Instagram, Facebook, atau TikTok. Sebuah cara cerdas untuk promosi sekaligus memudahkan pengunjung.
Tapi ada satu aturan penting: makanan dari luar tidak boleh dibawa masuk. Untung saja Mbak Mutiah sigap membagikan snack sebelum kami melangkah masuk. Kami pun mengisi perut dulu sambil bercanda ringan, mengabadikan momen dengan foto-foto kecil sebelum petualangan sesungguhnya dimulai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun