Nama Petak Sembilan bukan sekadar label pasar; ia lahir dari masa ketika kawasan ini dipetakan seperti papan catur oleh VOC, setelah orang Tionghoa dipindahkan dari pusat kota lama Batavia pasca tragedi 1740. Sembilan blok---petak-petak persegi panjang yang rapi---dibentuk sebagai permukiman, lengkap dengan pembagian fungsi: tempat tinggal, pasar, rumah ibadah, dan rumah pejabat komunitas.
Di salah satu titik pusatnya berdiri Kelenteng Kim Tek Ie, yang kini dikenal sebagai Vihara Dharma Bhakti. Kian mendekati kelenteng , jalan makin ramai oleh pedagang yang menjual segala yang dibutuhkan untuk sembahyang: dupa, lilin mera, hingga kertas uang emas-perak.
Bau dupa semakin pekat, bercampur manisnya aroma bunga sedap malam. Warna merah, emas, dan kuning mendominasi pandangan, seolah semua yang lewat sedang berjalan di dalam lukisan berlapis warna keberuntungan.
Dan tiba-tiba pintu gerbang kelenteng muncul di sudut persimpangan jalan kemenangan III. Di depannya ada penjual burung merpati dengan puluhan sangkar yang bertumpuk. Di dalamnya tampak burung -burung kecil yang berterbangan seakan mencari kebebasan.
Ketika saya tanya kepada abang penjual burung itu, dia menjawab bahwa banyak penziarah yang menjalankan ritual tradisi melepas hewan ke alam bebas sebagai wujud belas kasih.
Ritual ini disebut fang sheng. Burung sering dipilih karena mudah didapat dan bisa langsung terbang. Di depan kelenteng, pedagang kadang menjual burung kecil untuk dilepas sebagai bagian dari doa.
Bahkan ada yang percaya untuk membuang sial. Tradisi seperti ini pernah saya lihat di Tepekong Air di Tangerang, cuma hewan yang dilepas adalah kura-kura yang langsung berenang di sungai Cisadane. Uniknya penjual tidak lama kemudian mencari dan menangkap kembali kura-kura tersebut untuk dijual kembali.
Kebetulan sore itu kelenteng agak sepi. Saya sempat bertanya ke abang penjual burung mengapa?
Kelenteng biasanya ramai pada saat perayaan tertentu. Misalnya saat Imlek, capgome, Waisak dan juga Ramadhan. Saya sempat kaget ketika Ramadhan disebutkan, rupanya kelenteng ini mempunyai tradisi membagikan makanan takjil dan berbuka kepada warga sekitar setiap Ramadhan.