Kelenteng Cu An Kiong tetap berdiri,
tapi sebagian ingatannya telah pergi bersama angin yang tak kembali.
Siang itu, langit Lasem berwarna biru muda cerah, seolah menunggu kami menyibak lembar-lembar waktu yang terkunci di balik pagar besi sebuah kelenteng kuno: Cu An Kiong. Nama ini mengingatkan saya akan Lapangan Tian An Men di Beijing. Dan ternyata kata an nya sama dan memiliki arti kedamaian.
Selepas mampir ke monumen Perang Lasem di halaman kelenteng, rombongan Wisata Kreatif Jakarta, dipandu oleh Mas Agik, kembali menuju halaman depan kelenteng.
Sebelum masuk, Mas Agik meminta kami untuk sejenak memperhatikan dengan saksama ornamen yang ada di atap kelenteng.
Di atas atap yang berbentuk ekor walet ini ada dua ekor liong atau naga berkaki dengan ekor yang sedang berdiri tegak. Kedua nya berhadapan dan di tengah nya ada seekor kilin yang digambarkan dengan kepala seperti naga, tubuh mirip rusa atau kera dengan kaki yang berkuku, serta ekor dan sisik yang mewah. Konon kilin melambangkan kebajikan, kemakmuran, dan perlindungan.
Di atas tubuh kilin itu ada lempeng logam berbentuk patkua atau segidelapan dan di puncaknya ada ornamen berbentuk intan.
Mas Agik menunjukkan bahwa pada segi delapan itu ada pola mirip kaligrafi sambil mengatakan ada kemungkinan bahwa kelenteng ini dulunya adalah sebuah masjid?
Kami mendekat ke gerbang utama yang dicat merah muda. Dan saya sejenak terpaku di depannya.
Ragam ornamen khas Tiongkok menghiasi gapura, di atasnya ada sepasang naga (xing long) yang saling berhadapan dengan huo zhu, mutiara Buddha berbentuk bola api, di antara kedua naga tersebut. Pada balok pintu gerbang tersebut tertulis nama klenteng dalam aksara Hanzi. Cu An Kiong yang harus dibaca dari kanan ke kiri, mirip membaca huruf Arab. Arti Cu An Kiong adalah Istana Kedamaian Welas Asih . Welas Asih ini mengingatkan nama sebuah rumah sakit di Jawa Barat yang nama nya baru diubah oleh Kang Dedi Mulyadi.
Sementara pada kedua kolomnya bertuliskan puji-pujian yang diperuntukkan bagi Mak Co atau Thian Siang Sing Bo (dewi utama yang dipuja di klenteng tersebut). Dewi ini disebut juga Mazu.