Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Di Balik Pagar Merah Cu An Kiong: Catatan yang Hilang Pasca G 30 S

5 Agustus 2025   09:30 Diperbarui: 5 Agustus 2025   12:43 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelenteng Cu An Kiong tetap berdiri,

 tapi sebagian ingatannya telah pergi bersama angin yang tak kembali.

Siang  itu, langit Lasem berwarna biru muda cerah, seolah menunggu kami menyibak lembar-lembar waktu yang terkunci di balik pagar besi sebuah kelenteng kuno: Cu An Kiong. Nama ini mengingatkan saya akan Lapangan Tian An Men di Beijing. Dan ternyata kata an nya sama dan memiliki arti kedamaian.

Kelenteng : dokpri 
Kelenteng : dokpri 

Selepas mampir  ke monumen Perang Lasem di halaman kelenteng, rombongan Wisata Kreatif Jakarta, dipandu oleh Mas Agik, kembali menuju  halaman depan kelenteng.
Sebelum masuk, Mas Agik meminta kami untuk sejenak memperhatikan dengan saksama ornamen yang ada di atap kelenteng.

Di atas atap yang berbentuk ekor walet ini ada dua ekor  liong atau naga berkaki dengan ekor yang sedang berdiri tegak. Kedua nya berhadapan dan di tengah nya ada seekor  kilin yang digambarkan dengan kepala seperti naga, tubuh mirip rusa atau kera dengan  kaki  yang berkuku, serta ekor dan sisik yang mewah. Konon kilin melambangkan kebajikan, kemakmuran, dan perlindungan.

Kikin : dokpri 
Kikin : dokpri 

Di atas tubuh kilin  itu ada lempeng logam berbentuk patkua atau segidelapan dan di puncaknya ada ornamen berbentuk intan.  
Mas Agik menunjukkan bahwa pada segi delapan itu ada pola mirip kaligrafi sambil mengatakan ada kemungkinan bahwa kelenteng ini dulunya adalah sebuah masjid?
Kami mendekat ke gerbang utama yang dicat merah muda. Dan saya sejenak terpaku di depannya.

Ragam ornamen khas Tiongkok menghiasi gapura, di atasnya ada sepasang naga (xing long) yang saling berhadapan dengan huo zhu, mutiara Buddha berbentuk bola api, di antara kedua naga tersebut. Pada balok pintu gerbang tersebut tertulis nama klenteng dalam aksara Hanzi. Cu An Kiong yang harus dibaca dari kanan ke kiri, mirip membaca huruf Arab. Arti Cu An Kiong adalah Istana Kedamaian Welas Asih . Welas Asih ini mengingatkan nama sebuah rumah sakit di Jawa Barat yang nama nya baru diubah oleh Kang Dedi Mulyadi.

 Sementara  pada kedua kolomnya bertuliskan puji-pujian yang diperuntukkan bagi Mak Co atau Thian Siang Sing Bo (dewi utama yang dipuja di klenteng tersebut). Dewi ini disebut juga Mazu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun