Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pagi di Stasiun Tawang, Warisan Keindahan dalam Ancaman Air Laut

28 Juni 2025   05:45 Diperbarui: 28 Juni 2025   05:45 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berada di stasiun ini, ketinggian lantai yang berbeda cukup ekstrim menunjukan fakta menarik tentang ancaman air pasang laut yang dikenal dengan nama rob.  Salah satu penyebabnya adalah lokasi stasiun yang berada di ketinggian sekitar 0 hingga 2 meter di atas permukaan laut, menjadikannya salah satu stasiun terendah di Indonesia. Bahkan, stasiun ini berada di bawah permukaan air laut jika dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Selain itu, penurunan muka tanah (land subsidence) dan perubahan iklim turut memperparah situasi. Pintu-pintu air, pompa, dan tanggul telah dibangun, namun masalah rob masih tetap menghantui.

Walaupun begitu, keindahan dan pesona stasiun ini, menjadikan  Stasiun Tawang bukan hanya tempat datang dan pergi, tapi juga tempat untuk menepi sejenak. Tempat untuk mengingat bahwa perjalanan bukan hanya soal tujuan, tapi juga tentang perhentian yang memberi ruang bagi kita untuk bernapas.

Kami bertiga---saya, Pak Sutiono, dan Mbak Ira---akhirnya berkumpul, siap melanjutkan petualangan darat menuju Kudus, Rembang, dan Lasem. Tapi sebelum benar-benar beranjak, saya sempat menoleh lagi ke arah bangunan tua ini. Ada sesuatu yang membuat saya ingin kembali.

Stasiun Tawang bukan sekadar titik kedatangan, tapi juga gerbang sejarah. Naik KA Tawang Jaya Premium ke stasiun ini bukan hanya soal berpindah kota, tapi juga masuk ke ruang waktu---di mana kolonialisme, modernisasi, dan krisis lingkungan bertemu dalam satu tempat. Ironisnya, tempat yang dulu dirancang sebagai simbol kemajuan kini harus berjuang agar tak tenggelam oleh rob zaman.

Kalau Anda belum pernah ke Stasiun Tawang, cobalah sesekali. Tidak perlu menunggu ada keperluan naik kereta. Cukup datang, duduk di peron, dengarkan suara klakson kereta, dan biarkan waktu berjalan lebih pelan dari biasanya. Karena di tempat seperti inilah, kita bisa merasa lebih dekat dengan sejarah, dan lebih tenang menata langkah ke depan.

Tidak lama kemudian, satu per satu peserta mulai berdatangan dan kami  kemudian menuju ke mobil elf yang sudah menunggu di tempat parkir untuk memulai jalan-jalan ke Kudus.

Stasiun Semarang Tawang adalah contoh nyata betapa sejarah, arsitektur, dan tantangan modern bisa menyatu dalam satu ruang. Ia adalah cermin dari kota lama yang tak berhenti berjuang dengan air laut, tapi juga tak ingin kehilangan jati dirinya sebagai simpul peradaban transportasi di masa lalu. 

Dari sinilah, perjalanan ke timur dimulai. Dan dari titik terendah inilah, kenangan terus mengalir, lebih deras dari rob.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun