Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pagi di Stasiun Tawang, Warisan Keindahan dalam Ancaman Air Laut

28 Juni 2025   05:45 Diperbarui: 28 Juni 2025   05:45 381
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya melangkah pelan-pelan ke luar, menikmati fasad bangunan. Warna putih dinding yang sedikit kusam memberi nuansa elegan. Jendela-jendela kayu tinggi dengan kisi-kisi besi, detail ubin dinding berwarna kuning dan hijau, serta langit-langit tinggi menunjukkan bahwa bangunan ini adalah karya arsitektur kolonial klasik.

Plakat di stasiun: dokpri 
Plakat di stasiun: dokpri 

Dari peron kami berjalan ke dalam bangunan utama stasiun. Ini bukan sembarang bangunan. Stasiun Tawang adalah salah satu stasiun tertua dan paling bersejarah di Indonesia, dibuka sejak 19 Juli 1914 oleh Staatsspoorwegen. Desainnya bergaya art deco, dengan langit-langit tinggi, kaca patri, dan dinding-dinding kokoh yang telah menyaksikan ribuan perjalanan selama lebih dari satu abad.

Suasana pagi di stasiun ini terasa unik: tidak terlalu ramai, tapi juga tidak sepi. Orang-orang hilir mudik, sebagian menunggu keberangkatan, sebagian baru saja tiba. Saya melihat beberapa restoran dan tempat makan kecil yang kini menghiasi bagian dalam stasiun. Mungkin karena waktu masih pagi, belum semuanya buka. Tapi kehadiran tempat makan ini seperti memberi wajah baru pada stasiun yang lama.
Kami berjalan keluar menuju halaman depan. 

Patung BK : dokpri 
Patung BK : dokpri 

Di sinilah suasana kolonial Stasiun Tawang makin terasa kuat. Sebuah patung Bung Karno berdiri gagah, menghadap ke jalan utama. Patung itu seolah menyambut semua yang datang, sekaligus memberi pesan: bahwa sejarah Indonesia tidak bisa dilepaskan dari jalur-jalur kereta api yang dulu membelah tanah jajahan.

Di sana, ada sebuah plakat yang menceritakan secara singkat sejarah stasiun Tawang.  Informasinya singkat tapi padat, mengisahkan tentang arsitek stasiun ini yaitu Mr. Sloth Blauwboer dan peletakan batu pertama pembangunan  stasiun oleh pemerintah Hindia Belanda pada 29 April 1911 serta peresmiannya pada 1914. Juga dikisahkan sekilas tentang peran Semarang pada masa perjuangan di awal kemerdekaan Indonesia.

Tiang bendera: dokpri 
Tiang bendera: dokpri 

Dari depan stasiun ini, kita bisa menyaksikan kemegahan stasiun tua yang pertama kali dibangun  oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS)---perusahaan kereta api swasta Belanda, dengan arsitektur bergaya Indische Empire bernuansa   Art Deco, memadukan elemen tropis dan Eropa ini. Ciri khas bangunannya adalah menara jam di bagian tengah, atap tinggi untuk sirkulasi udara, dan ventilasi besar sebagai respons terhadap iklim tropis. Interiornya lapang dan megah, khas bangunan kolonial yang dirancang untuk impresi dan efisiensi.
Masih di depan stasiun, sebuah bendera merah putih berkibar megah menyambut  pagi yang datang menjelang.

Sambil menunggu teman-teman lain, kami duduk-duduk sejenak sambil menikmati kopi dan makanan kecil.

Perbedaan ketinggian /dokpri
Perbedaan ketinggian /dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun