Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Arka, Perbatasan Tajik dan Kyrgyz yang Mencekam

3 Maret 2025   10:10 Diperbarui: 3 Maret 2025   10:10 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
SPBU Kyrgyz yang terbengkalai: dokpri

Dalam perjalanan dari Istaravshan menuju Khujand, kami memutuskan untuk berbelok dan singgah sejenak di Arka, sebuah titik perbatasan yang kini menyimpan jejak konflik. Meskipun hanya mampir sebentar, suasana di sini langsung terasa berbeda---mencekam dan sepi, seperti tempat yang pernah dihantam badai dan belum sepenuhnya pulih.

Arka: Jalan Raya di Tengah Perbatasan
Arka terletak di jalur utama yang membelah perbatasan Tajikistan di sebelah kiri dan Kyrgyzstan di sebelah kanan. Dahulu, sebelum konflik meletus, perbatasan ini cukup hidup dengan aktivitas warga. Ada stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) di kedua sisi jalan---milik Tajikistan di sebelah kiri dan milik Kyrgyzstan di sebelah kanan. SPBU Kyrgyzstan bahkan lebih murah, menarik banyak pengendara untuk mengisi bahan bakar di sana. Namun, semua itu kini hanya tinggal kenangan.

Puing -puing SPBU: dokpri 
Puing -puing SPBU: dokpri 

Dampak Konflik: Puing-Puing di Sebelah Kyrgyzstan
Ketegangan antara Tajikistan dan Kyrgyzstan telah berlangsung lama, tetapi salah satu puncak konflik terjadi pada September 2022, ketika bentrokan bersenjata pecah di berbagai titik perbatasan, termasuk di sekitar Arka. Sejak itu, banyak bangunan di sisi Kyrgyzstan hancur dan dibiarkan terbengkalai. Rumah-rumah, toko-toko, hingga SPBU di sana kini hanya tinggal puing-puing, sisa dari pertempuran yang masih membekas di tanah perbatasan ini.

Dari dalam kendaraan, kami melihat pemandangan yang sulit dipercaya---reruntuhan bangunan tanpa atap, jendela menganga kosong, dan sisa-sisa dinding yang masih berdiri seperti saksi bisu kekerasan yang pernah terjadi di sini. Jalan raya tetap terbuka, tetapi aura ketegangan masih terasa.

Berani Berlama-Lama? Tidak!
Meskipun tidak ada pemeriksaan paspor di titik ini, keberadaan pos polisi milik Kyrgyzstan yang masih berdiri di kejauhan membuat kami semakin waspada. Tidak banyak kendaraan yang melintas, dan kami juga tidak melihat warga setempat berkeliaran di sekitar perbatasan ini.
Nasir, yang merupakan warga Tajikistan namun etnis Kyrgyz , bahkan bergumam,
"Jangan lama-lama di sini. Aku nggak nyaman."
Dan dia benar. Kami pun segera melanjutkan perjalanan, meninggalkan Arka dengan perasaan campur aduk---antara penasaran dan lega.

Arka: Simbol Perbatasan yang Berubah
Bagi sebagian orang, Arka mungkin hanya perbatasan biasa, tetapi bagi kami, tempat ini adalah simbol dari ketegangan yang tak kunjung usai. Dahulu hidup dengan pertukaran dagang dan lalu lintas harian, kini ia berubah menjadi wilayah sunyi yang menyimpan trauma konflik.

Sunyi dan sepi: dokpri 
Sunyi dan sepi: dokpri 


Arka: Dari Perbatasan yang Ramai Menjadi Puing-Puing Sepi
Saat pertama kali berkunjung ke Arka pada tahun 2015, Mas Agus masih bisa merasakan kehangatan masyarakat perbatasan ini. Di sepanjang jalan, pedagang menjajakan dagangannya, warga lokal menyapa dengan ramah, dan SPBU di kedua sisi perbatasan selalu ramai oleh kendaraan yang melintas. Arka saat itu adalah persimpangan hidup, tempat di mana warga Tajikistan dan Kyrgyzstan bertemu, berdagang, dan menjalani kehidupan sehari-hari tanpa banyak kekhawatiran.
Namun, kunjungan terakhir kami ke Arka kali ini menghadirkan pemandangan yang sangat berbeda---sepi, sunyi, dan menyisakan puing-puing kehancuran.

Kenangan Arka yang Dulu
Mas Agus mengenang bagaimana pasar perbatasan di Arka dulu penuh dengan pedagang yang menjual buah-buahan, roti naan, dan berbagai kebutuhan sehari-hari. Para pengemudi truk dan mobil pribadi berhenti untuk mengisi bahan bakar di SPBU, yang letaknya berada di dua sisi jalan---SPBU Tajikistan di kiri dan SPBU Kyrgyzstan di kanan.
Penduduknya sangat ramah, bahkan sering mengundang orang asing untuk sekadar minum teh atau berbincang. Kehidupan di sini adalah bukti bahwa perbatasan tidak selalu harus menjadi tembok pemisah, tetapi juga bisa menjadi jembatan bagi dua komunitas yang berbeda negara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun