Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen , penulis buku “1001 Masjid di 5 Benua” dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Kisah Uang 200 Riyal dan PPN 15 Persen di Saudi

21 Februari 2025   16:09 Diperbarui: 23 Februari 2025   07:39 1101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mekah, kota suci yang selalu ramai dengan jemaah dari seluruh dunia, menyimpan banyak pengalaman menarik, terutama dalam hal transaksi keuangan. Meskipun Arab Saudi dikenal dengan sistem pembayaran modernnya, siapa sangka uang tunai dengan pecahan besar bisa menjadi tantangan tersendiri?

Karena hanya sempat menukar sedikit riyal di tanah air, maka akhirnya saya harus mengambil uang tunai di ATM untuk keperluan transaksi di tanah suci. Kebetulan di gedung tempat hotel saya menginap yang lokasinya menjadi satu dengan mal tepat di pelataran Masjidil Haram ada ATM.

Saya langsung memasukkan kartu serta PIN dan kemudian muncul menu penarikan melalui rekening tabungan dengan pilihan jumlah. Saya memasukkan jumlah lain dan mengetik jumlah 950 riyal, berharap mendapatkan pecahan 50 riyal atau kombinasi dengan 100 riyal .

Namun saya terkejut ketika yang keluar hanya 4 lembar uang yaitu 1 lembar 500 riyal, 2 lembar 200 riyal, dan 1 lembar 50 riyal. Awalnya, saya berpikir ini bukan masalah besar. Namun, ternyata di Mekah, uang pecahan besar sering kali sulit diterima untuk bertransaksi.

Naik Taksi: "No Change, Only Small Money!"

Pengalaman pertama saya menghadapi kesulitan dengan pecahan besar terjadi saat naik taksi. Saya menumpang taksi dari hotel menuju Masjid Aisyah di Tan'im untuk mengambil miqat dan ongkosnya sesuai negosiasi 60 riyal pp. Saat saya memberikan uang 200 riyal, sopir taksi langsung menggelengkan kepala sambil berkata, "No change, only small money!"

Saya mencoba bertanya apakah ia bisa menukarkan ke temannya atau di toko sekitar, tapi ia tetap menolak. Akhirnya, saya harus mengeluarkan Selembar 50 Riyal dan uang kecil yang tersisa di dompet saya.

Ini membuat saya berpikir: kok uang 200 riyal terasa seperti uang tak laku?

Tiba di hotel, saya benar-benar tidak punya lagi yang kecil, hanya lembaran 500 dan 200 Riyal. Saya kemudian berjalan jalan di mal dekat hotel dan menemukan sebuah super market yang lumayan besar dan terkenal di Arab Saudi yaitu Bin Dawood.

Belanja di Bin Dawood: Lagi-Lagi Pecahan Besar Jadi Masalah

Saat sampai di Bin Dawood, saya berbelanja beberapa kebutuhan: anggur, snack dan minuman Tongan. Total belanjaan saya sekitar 24 riyal. Dengan percaya diri, saya mengeluarkan uang 200 riyal, berharap bisa mendapatkan kembalian. maklum ini adalah toko besar dengan peredaran uang jutaan riyal per hari.

Namun, kasir menatap saya dengan ekspresi ragu. Ia berbicara sebentar dengan rekannya, lalu kembali kepada saya sambil berkata, "No small change. Do you have a card?"
Saya berkata bahwa saya tidak punya uang yang lebih kecil dan uang ibu juga masih hangat dari ATM, berharap penjelasan ini dapat diterima. Tapi ternyata, kasir tetap menolak karena tidak punya uang kecil untuk kembalian atau mungkin belanjaan saya terlalu sedikit

Akhirnya, saya menyerahkan kartu debit saya dan menyelesaikan pembayaran dengan mudah. Tapi ini membuat saya sadar bahwa uang tunai pecahan besar benar-benar sulit digunakan di banyak tempat di Mekah.

Wah kalau nasib yang 200 Riyal saja sudah tidak laku, bagaimana nasib uang 500 riyal saya? Sepertinya harus belanja banyak agar laku.

Kenapa Uang Pecahan Besar Susah Digunakan?

Dari pengalaman saya, ada beberapa alasan mengapa uang pecahan besar seperti 500 dan 200 riyal sulit digunakan:

  • Lebih banyak orang menggunakan kartu atau digital payment
  • Banyak tempat kini lebih terbiasa menerima pembayaran dengan kartu atau aplikasi digital seperti Mada Pay.
  • Pecahan besar hanya diterima di tempat tertentu
  • Uang 500 riyal mungkin lebih mudah digunakan di hotel atau pusat perbelanjaan besar, tetapi sulit di toko-toko kecil dan restoran.

Solusi Agar Tidak Terjebak dalam Masalah Ini

Berdasarkan pengalaman saya, berikut beberapa tips yang bisa membantu agar tidak mengalami kesulitan dengan uang pecahan besar di Mekah:

1.Tarik Uang dalam Jumlah Kecil
*Jika memungkinkan, tarik uang dalam kelipatan 100 atau kurang untuk menghindari pecahan besar.

2.Gunakan Kartu ATM atau Kartu Kredit
*Hampir semua toko besar, restoran, dan supermarket menerima kartu, jadi ini cara paling praktis.

3.Tukar Uang di Hotel atau Money Changer
*Jika terlanjur mendapatkan uang 500 atau 200 riyal, lebih baik menukarnya di hotel atau money changer sebelum berbelanja.

4.Selalu Simpan Uang Pecahan Kecil
*Jika mendapat kembalian kecil, simpan baik-baik untuk keperluan seperti naik taksi atau belanja kecil.

Kesimpulan: Jangan Hanya Andalkan Uang Tunai

Dari pengalaman ini, saya menyadari bahwa menggunakan uang tunai bukanlah pilihan terbaik, terutama jika hanya memiliki pecahan besar. Di era digital ini, lebih aman dan praktis menggunakan kartu ATM atau kartu kredit untuk transaksi sehari-hari.

Jadi, bagi yang berencana ke Saudi , pastikan untuk selalu memiliki uang kecil atau siap menggunakan kartu untuk menghindari kerepotan saat bertransaksi!

PPN (Dokumentasi Pribadi)
PPN (Dokumentasi Pribadi)

Ketika sampai di hotel, saya kembali memperhatikan bon pembelian di Bin Dawood. Ternyata walau harga hanya 20 Riyal, saya harus membayar 23 Riyal karena ada VAT (Value Added Tax) alias PPN sebesar 15 persen.

Saya cukup terkejut dengan kenyataan ini, karena dalam kunjungan saya terakhir ke Arab Saudi sekitar 13 tahun lalu, sama sekali tidak ada pajak di negeri ini.

Setelah ditelusuri, ternyata Arab Saudi mulai menerapkan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) pada 1 Januari 2018 dengan tarif awal 5%. Penerapan PPN ini merupakan bagian dari upaya negara-negara Gulf Cooperation Council (GCC) untuk mengurangi ketergantungan pada pendapatan minyak dan meningkatkan sumber pendapatan lain.

Namun, pada 1 Juli 2020, pemerintah Arab Saudi menaikkan tarif PPN dari 5% menjadi 15% sebagai respons terhadap dampak ekonomi akibat pandemi COVID-19. Kenaikan ini dilakukan untuk meningkatkan pendapatan negara dan menstabilkan ekonomi di tengah penurunan harga minyak global saat itu.

Jadi, jika sebelumnya banyak orang mengira Arab Saudi bebas pajak, kenyataannya sejak 2018 negara ini sudah memberlakukan PPN, dan sekarang tarifnya menjadi salah satu yang tertinggi di dunia untuk kategori PPN umum (15%).

Selain itu pemisahan tempat duduk secara jender di tempat umum pun sudah tidak ada lagi sehingga sekarang kita tidak perlu khawatir duduk di tempat yang salah di bandara.

Demikian sekilas pengalaman menarik tentang mengambil uang di ATM, susahnya berbelanja dengan uang tunai pecahan besar dan kenyataan bahwa PPN di Arab Saudi bahkan lebih besar dari PPN di Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun