Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Gedung Parlemen Selandia Baru yang Mirip Sarang Tawon

16 Februari 2023   12:04 Diperbarui: 16 Februari 2023   12:11 572
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beehive di Wellington: Dokpri

Hari masih pagi ketika saya kembali menyusuri Lambton Quay di pusat kota Wellington. Kali ini saya terus ke arah utara dan kemudian berbelok di Bowen Street. Di sini saya melihat sebuah gedung cantik yang sekilas bentuknya mirip dengan sarang tawon.   Nah ternyata gedung ini merupakan salah satu bangunan yang ada di kompleks parlemen Selandia Baru.

Saya mendekati gedung ini dengan memasuki halaman nya yang luas. Rumput hijau dan taman yang cantik ada di sekitar gedung. Sekilas gedung ini berbentuk bundar dan terdiri dari beberapa lantai dengan lantai atas makin mengecil.. Tampak tiang-tiang besar di sekeliling gedung di beberapa lantai bagian bawah, sementara lantai bagian atas dibuat dengan banyak dekorasi yang menjadikannya pantas disebut dengan julukan Beehive atau sarang tawon tadi.

Dengan rasa penasaran saya pun mendekati dan melihat ada beberapa orang yang masuk melalui pintu utama gedung yang tampak modern dan dikeliling dinding dari kaca ini,  Di lantai bawah ini ternyata terdapat beranda dengan sebuah visitor centre sehingga saya bisa bertanya mengenai kemungkinan untuk tur di gedung parlemen ini. 

Saya termasuk beruntung karena dalam waktu sekitar 15 menit lagi ada dimulai guided tour dan masih ada satu tempat yang kosong.   Saya dipersilahkan menunggu dan kemudian mendapat beberapa leaflet yang berisi informasi mengenai gedung parlemen Selandia Baru.

Sekilas saya memperhatikan suasana sekitar foyer atau beranda depan yang tampak cantik dan tinggi nya mencapai dua lantai gedung.  Dinding bagian dalamnya ditutupidengan panel kayu yang dibalut dari sejenis kayu macacopra yang tumbuh di Selandia Baru. Ada tiang-tiang besar atau kolom yang terbuat dari marmer Takaka dan lantainya juga tampak mewah terbuat dari marmer.   Saya juga mendapat sebuah leaflet berisi peta kompleks gedung parlemen dan halamannya yang luas.


Ternyata gedung yang sekarang saya berada ini merupakan executive wing tempat para  Perdana Menteri dan para Menteri bekerja. Gedung ini terdiri dari 10 lantai dengan 4 lantai bawah tanah dan di bawah tanah ada jalan tembus menuju ke Bowen House, sebuah gedung modern berlantai 22 tempat sebagian anggota parlemen berkantor.

Tidak lama kemudian tur dimulai, kami melewati pemeriksaan yang cukup ketat untuk keamanan dan juga tidak diperbolehkan mengambil foto di dalam gedung parlemen sehingga sebagian barang bawaan dan gadget juga harus dititipkan di loker.   Tur dimulai dengan memperkenalkan sejarah Gedung Beheeve atau Executive Wing ini. Gedung ini ternyata mulai dibangun sejak tahun 1969 dan selesai tahun 1981. Namun sudah digunakan sejak 1977 dan bahkan diresmikan oleh Ratu Elizabeth II. 

Pertama-tama kami diajak melihat Banquet Hall, yaitu sebuah ruang makan untuk acara kenegaraan yang bisa menampung hingga 300 tamu.  Melalui tangga yang terbuat dari marmer kami memasuki Banquet hall yang bentuknya setengah lingkaran. Tampak sangat megah dan elegan.  Di dinding bagian dalam ruangan ini ada sebuah mural tiga dimensi yang menanggambarkan langit dan atmosfer Selandia Baru. 

Beehive Thatrette: stuff.co.nz
Beehive Thatrette: stuff.co.nz

Setelah itu, kami sejenak diajak mengintip ke sebuah ruang teater yang dise but Beehivee Theatrette tempat biasanya diadakan konferensi press bagi parlemen dan pemerintah. Sebuah ruangan yang cantik dan dengan sistem akustik yang modern.

Perjalanan kemudian dilanjut ke Parliament House yaitu sebuah gedung yang berada di sebelah Beehive dan gedung parlemen ini dibangun pada tahun 1914-1922 untuk menggantikan gedung parlemen lama yang terbakar pada 11 Desember 1907.   Wellington sendiri baru menjadi ibukota Selandia Baru sejak 1865 setelah sebelumnya ibu kota berkedudukan di Auckland sejak 1841 dan sebelumnya berkedudukan di Okiato .

Di gedung ini kami mengunjungi debating chamber dan juga Legistaive Council Chamber. Selain ruangan-ruangan yang tampak anggun dan cantik, banyak juga foto-foto anggota parlemen di dinding ruangan-ruangan yang kita lewati.

debating chamber: Nz parliament
debating chamber: Nz parliament

 Debating chamber merupakan ruangan tempat para anggota dewan mengadakan meeting dan berdebat hingga mengumpulkan suara atau voting dalam membentuk suatu undang-undang atau bill.  Ruangan ini terdiri dari dua lantai dan membentuk lingkaran atau segi empat dengan tempat duduk yang khas terbuat dari kulit warna hijau. Karpet tebal wanra hijau menjadi ciri khas ruangan paling ikonik di Wellington ini.

 Uniknya di atas dua pintu ada tanda lampu bertuliskan ayes dan noes yang masing-masing menunjukkan setuju atau tidak setuju bila pemungutan suara diadakan.  Ternyata di sana ada lobi ayes dan noyes yang digunakan untuk pemungutan suara.

Ruangan lain di dalam gedung parlemen yang tidak kalah cantik dan megah adalah Grand Hall tempat diadakan berbagai acara penting. Ruangan ini berbentuk persegi panjang dengan lantai kombinasi kayu pelitur coklat dan karpet hijau di tengahnya. Dindingnya  di bagian bawah ditutup kayu dan tembok warna hijau di bagian atas dengan jendela berbentuk lengkungan.

Tur kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi gedung terakhir yakni Perpustakaan atau Parliament Library.  Gedung ini merupakan gedung tertua yang ada di dalam kompleks parlemen dengan gaya arsitektur Gotik Era Viktoria.  Kami berjalan di sepanjang galeria di gedung ini dan kemudian sempat menjenguk beberapa ruangan yang ada.

Halamn Gedung Parlemen dengan patung: Dokpri
Halamn Gedung Parlemen dengan patung: Dokpri

Tidak terasa tur selama sekitar 60 menit pun berakhir dan setelah itu saya pun bebas menikmati halaman dan gedung-gedung yang ada dari halaman.  Halaman yang hijau dengan pepohonan serta patung dan monumen ada di pekarangan parlemen Selandia Baru di Wellington ini.

Salah satu monumen yang tidak boleh dilewatkan di halaman gedung parlemen adalah patung Richard John Seddon yang merupakan Perdana Menteri Selandia Baru yang memerintah paling lama yaitu sejak 1893-1906.  Karena gaya pemerintahannya yang sedikit otoriter, Seddon dijuluki King Dick.

Di dekat Beehive juga ada sebuah prasasti yang dibuat untuk memperingatai Dwiabad atau dua ratus tahun kedatanagn Kapten James Cook ke Selandia Baru pada 1769.    Parasasti bergambar James Cook ini  diresmikan oleh Ratu Elizabeth pada 1970 dan bertuliskan Cook Bicentenary 1769-1969 - Unveiled by Her Majesty the Queen.

Monumen 200 Tahun: Dokpri
Monumen 200 Tahun: Dokpri

Saya kemudian berjalan mendekati pintu utama Parliament House dan menemukan sebuah prasasti tentang peletakan batu pertama gedung ini bertanggal 23 Maret 1912. Gedung yang dibangun dengan gaya Edwardian ini memang diperuntukkan untuk mengganti gedung lama yang terbakar pada 1907.   Uniknya tidak juah ada sebuah prasasti lain mengenai pembukaan atau peresmian gedung ini yang lakukan oleh Ratu Elizabeth II pada 1995.  Walau gedung ini sudah digunakan sejak 1918, selama hampir 80 tahun tidak pernah secara resmi dibuka. 

Nah di depan perpustakaan juga ada sebuah monumen, yaitu patung John Balance, PM Selandia Baru pada 1891-1893 yang terkenal memperjuangkan hak pilih untuk kaum perempuan. Dengan berkunjung ke sini, saya jadi tahu bahwa Selandia Baru merupakan salah satu negara pertama di dunia yang memberikan hak pilih untuk kaum perempuan walaupun hak pilih perempuan atau suffrage telah ada sejak tahun 1776 di New Jersey.

Demikianlah, sudah cukup lama saya jalan-jalan dan melihat kompleks gedung parlemen di Wellington sekaligus sekilas belajar sejarahnya yang cukup panjang. 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun