Tidak jauh dari museum ini, ada Vihara Padumuttara yang dihiasi dengan ornamen khas berbentuk stupa dan juga lingkaran roda mandala di puncaknya . Â Ada jadwal kebaktian di tempel di dinding sebelah kanan sementra di sebelah kiri ada tulisan Sekretariat Perkumpulan Keagamaan dan Sosial Boen Tek Bio.
Kemudian saya melanjutkan perjalanan dna belok kanan ke jalan Bhakti, sebuah kelenteng tua Boen Tek Bio menyambut. Siang itu kelenteng juga dalam keadaan tidak ramai. Hanya ada beberapa orang petugas di halaman. Â
Tepat di depan kelenteng, secara tidak sengaja saya bertemu dengan kedai atau warung Es Buntin. Â Karena sudah lumayan lama berjalan kaki sejak dari stasiun, saya kemudian mampir. Â
Kebetulan ada 3 orang pelanggan yang sedang menikmati es. Â Saya langsung duduk dan kemudian bertanya es apa saja yang ada kepada perempuan yang rambutnya putih semua. Kemungkinan sudah berusia lebih 60 tahun.
"Ada Es campur, es teler dan es Jelly," demikian kata perempuan itu dan akhirnya saya memilih es teler. Â Setelah duduk baru saya perhatikan keadaan sekitar.
Ternyata di dinding kaca yang bertuliskan Es Buntin, Sedia Es Campur Juice, Macam-2 Minuman juga ditempelkan berbagai macam minuman yang tersedia. Ada berbagai macam jus dan es. Â Sementara di sisi pintu warung digantung menu utama yang dilaminating lengkap dengan harganya.
Selain es teler ada es  durian, teler durian dan es leci.  Ada juga es yang namanya khas yaitu es bumi hangus dan es putsal.
Sambil menunggu es teler saya dibuat saya menanyakan apa itu es putsal yang ternyata singkatan putri salju sementra es buni hangus dinamakan demikian karena warnanya didominasi hitam dan coklat.
