Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Ini yang Membuat Trip ke Pantai Kesirat Ngeri-Ngeri Sedap

8 Juli 2022   09:29 Diperbarui: 10 Juli 2022   12:17 1138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Untuk menuju pantai harus jalan sekitar 300 meter", jelas ibu tadi sambil mengupas kelapa muda dengan golok. Ia tampak sangat cekatan memainkan golok yang sekilas terlihat sangat tajam.

Gapura: Dokpri
Gapura: Dokpri

Sambil menunggu keluarga yang masih makan di warung, saya berjalan sendiri menuju pantai. Sebuah gapura sederhana menyambut dengan tulisan Kesirat di atasnya. Sementara di tempat parkir ada spanduk Titipan Motor Tanjung Kesirat. Di kaki gapura ada sebuah prasasti yang menjelaskan bahwa gapura ini dibangun dengan dana desa sebesar 10 Juta Rupiah pada 2019 lalu.  Wah baru kali ini saya menemukan sebuah prasasti untuk sebuah gapura di sudut sebuah tanjung di pantai selatan Gunung Kudul.

Prasasti: Dokpri
Prasasti: Dokpri

"Piyambak Pakdhe?," seorang pemuda yang menjaga warung kecil di teapi jalan bertanya sambil menawarkan untuk mampir sejenak.   Saya menjawab bahwa saya bersama keluarga dan memutuskan berjalan lebih dahulu ke pantai sambil menjelaskan baru saja minum kelapa muda di warung depan dekat tempat parkir.

Saya terus berjalan menyusuri jalan kecil yang tertata cukup rapi dan terbuat dari berton. Jalan ini sesekali berundak menurun menuju ke arah pantai.  Di sisi jalan pepohonan makin lebat dan saya merasa berada di hutan. Apa lagi saat itu sama sekali tidak ada pengunjung lain.  Suara burung-burung kecil berkicau pun terdengar. Embusan angin senja dan deburan ombak di kejauhan terus memanggil.

"Piyambak Pakdhe?" Seorang pemuda menegur saya ke tika dia berjalan mendahului sambil membawa sebuah golok.  Karena agar terkejut saya tidak langsung menjawab sehingga dia menerjemahkan pertanyaan itu ke dalam bahasa Indonesia.  Saya kemudian mengangguk dan pemuda itu kemudian menghilang ke balik pepohonan yang lebat sambil menebaskan goloknya ke ranting pohon.

Jalan setapak: Dokpri
Jalan setapak: Dokpri

Saya terus berjalan dan kemudian bertemu dengan sepasang pemuda dan pemudi yang baru saja dari pantai. Keduanya terlihat cukup berkeringat seakan habis mendaki.  Jalan setapak memang kian menurun.  Saya sempat bertanya apakah pantai masih jauh, dan dijawab bahwa sekitar 100 atau 200 meter lagi. 

Akhirnya saya pun tiba di pantai. Di kejauhan tampak perpaduan tebing dan hempasan ombak di bawah langit na biru. Mentari masih bersinar dengan terik di ujung senja. Rasanya sangat damai sekali berada di alam bebas nan sepi. Sesekali bulu kuduk terasa berdiri dan saya merasa tidak sendiri. Namun ketika melihat ke sekeliling, tidak ada siapa-siapa kecuali angin, pepohonan, burung-burung dan langit biru.

Petunjuk: Dokpri
Petunjuk: Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun