Mohon tunggu...
Taufik Uieks
Taufik Uieks Mohon Tunggu... Dosen - Dosen , penulis buku travelling dan suka jalan-jalan kemana saja,

Hidup adalah sebuah perjalanan..Nikmati saja..

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Tiga Turis Asing, Ratu Kecantikan dan Pengemis Anak di Kota Tua Jakarta

29 Mei 2022   08:58 Diperbarui: 29 Mei 2022   09:00 1612
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah sekedar santai di Indomaret sambil makan es krim mochi, saya kemudian melanjutkan jalan-jalan menuju Kali Besar.  Sudah cukup lama tidak kesini. Saya kembali memandang bangunan-bangunan tua di kedua sisi jalan. Bangunan tua yang tetap menarik walau sebagian tampak hampir runtuh belum tersentuh renovasi. Toko Merah tetap menjadi bangunan yang paling ikonik.

Di sepanjang tepi kali Krukut kita bisa berjalan di pedestrian yang nyaman dan ada beberapa pasang kekasih yang duduk di tepi kali sambil menikmati pemandangan.  Di kali ada jembatan apung yang siang itu tampak sepi. Sekilas suasana Kali Krukut juga tampak bersih dan indah.  Suasana di Kali Besar memang agak sepi dan tidak seramai di Taman Fatahillah. Ada seorang gadis turis asing yang sedang berjalan sendiri. Namun tiba-tiba seorang anak lelaki berusia sekitar 10 tahun mendekati gadis itu dengan mimik wajah memelas dan kelihatannya meminta-minta. Gadis itu terlihat kaget dan kemudian menjauh.

Kali Besar: Dokpri
Kali Besar: Dokpri

Wah kalau dulu saya belum pernah melihat pengemis di Kawasan Kota Tua, ternyata sekarang ada juga walau sasarannya mungkin cuma turis asing. Namun jumlah turis asing sekarang masih sangat sedikit. Sepanjang pengembaraan saya kali ini, baru tiga orang turis asing yang saya lihat.

Setelah sejenak melemparkan pandangan ke Toko Merah dan juga halte Trans Jakarta di seberang jalan, saya kembali ke Taman Fatahillah. Kembali menikmati suasananya yang selalu ramai dan hiruk pikuk di hari libur ini.  Saya kemudian meninggalkan Kawasan Kota Tua dan menuju ke Stasiun Kota atau BEOS.

Dalam hati saya bertanya mengapa Kota Tua Jakarta selalu gagal dalam mendapatkan status World Heritage dari UNESCO. Mungkin karena Kawasan kota tua sepertinya terasa kumuh dan kurang terawat serta kurang terasa keautentikannya walau bentuk gedung diusahkan tidak berubah. Namun informasi mengenai gedung-gedung tua di kawasan ini juga terasa kurang. Kita tidak tahu misalnya Caf Batavia dulunya gedung apa. Demikian juga dengan Jakarta 3 D Magic Art Museum. 

Dari stasiun kota. Saya naik KRL ke Stasiun Juanda dan melanjutkan jalan-jalan di Jakarta menuju kawasan Masjid Istiqlal dan Lapangan Banteng.

Jakarta, Akhir Mei 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun