Makam ini memang menjalani sejarah yang panjang dan menurut sejarawan Perancis Denys Lombard dan Claudine Salmon merupakan makam etnis Cina paling tua yang pernah diketemukan di Indonesia. Setelah terakhir direnovasi pada 1929, dan makin banyaknya penduduk kota Jakarta, maka lahan makam kemudian sedikit demi sedikit berubah fungsi menjadi rumah-rumah penduduk yang padat.
Menurut gambar di “Buku Kisah SBK” karya sejarawan Belanda B. Hoetink pada tahun 1920, selain makam SBK ada tujuh makam kerabat, sekarang hanya tingggal satu makam saja selain makam SBK dan ada di halaman rumah penduduk. Uniknya sebelum dipugar terakhir pada 2008, makam ini sendiri sudah berada di dalam rumah seperti nampak pada foto yang ada di dalam buku. Dan di atas makam sudah dijadikan tempat kos-kosan. Akhirnya setelah pemugaran maka makam ini kembali dapat melihat langit.



Sambil tersenyum sendiri saya pun kemudian mengikuti rombongan meninggalkan makam SBK untuk melanjutkan perjalanan di Jacatraweg. Berjalan sambil napaktilas sejarah kota Jakarta yang panjang, berliku dan menakjubkan serta penuh kejutan yang mempesona.
Jakarta, Akhir Mei 2016
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI