Jika saya artikan 'Stunt Man' adalah para profesional yang melakukan adegan tertentu, utamanya berbahaya, dalam sebuah produksi film, maka jalanan di negeri ini adalah arena atraksi dalam adegan-adegan film tersebut. Setiap pagi menuju kampus, saya melihat banyak atraksi berbahaya tersebut yang tentunya bukan  dilakukan oleh para profesional.Â
Adegan mencekam jalanan yang ditunjukkan tanpa ada perhitungan rinci tentang resiko yang mungkin didapat. Dan tentunya tanpa ada alat pendukung keselamatan yang biasanya ada dalam sebuah pertunjukkan.
Walaupun palang jalan sudah menghalang dan alarm berbunyi, selagi belum tampak batang hidung kereta api, berarti rel masih bisa diloncati. Bermotor bukan lagi masalah keamanan, akal sudah jauh dari kepalanya, helm pun bukan kewajiban, entah bagaimana dulu SIM berkendara didapatkan.Â
Pengendara kita multitalenta, selain sedang menyetir, bisa disambi dengan merokok dan menerima telfon, kadang ada juga dua motor yang merumpi. Dan jangan paksa saya untuk menceritakan bagaimana lucunya Bus Tayo ketika saling berkejaran di jalur pantura dan selatan.
Sejak dulu belajar berkendara, saya diajarkan sebuah prinsip. Kita bisa menghindari insiden jika kita berhati-hati, namun kadang-kadang kita harus lebih ekstra hati-hati untuk menghindar dari dicelakai. Fokus pada kendaraan kita dan kendaraan orang lain itu penting.