Disusun Oleh Nikmawaty Ponamon, Putri Salwa Mufidah Mokodompit, Diva Saputri Mamonto, Murhima A. Kau
Pelecehan seksual adalah bentuk kekerasan yang dapat dialami oleh siapa saja, tanpa memandang usia, jenis kelamin, atau latar belakang sosial. Tindak kekerasan seksual ini sering kali mencakup pelecehan fisik maupun non-fisik yang dilakukan tanpa persetujuan korban. Bentuk pelecehan seksual ini dapat terjadi dalam berbagai konteks, baik di lingkungan pribadi, tempat kerja, sekolah, maupun ruang publik. Meskipun pelecehan seksual sering dipandang sebagai masalah sosial, dampaknya yang sangat besar terhadap kesehatan mental korban sering kali diabaikan dalam diskursus ini (Suryanto Aloysius & Nada Salvia, 2021).
Dampak psikologis dari pelecehan seksual tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat bertahan lama dan memengaruhi kesejahteraan mental individu dalam jangka panjang. Korban pelecehan seksual sering kali mengalami trauma yang mendalam, yang bisa memengaruhi cara mereka memandang diri sendiri, hubungan sosial, dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan. Ketidakmampuan untuk memulihkan diri sepenuhnya dari pengalaman traumatis ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan mental serius, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).
Dalam banyak kasus, korban pelecehan seksual merasa malu, takut, atau bahkan bersalah atas apa yang telah terjadi pada mereka. Perasaan ini sering kali diperburuk oleh budaya yang sering menyalahkan korban, yang mengarah pada perasaan isolasi dan kehilangan dukungan sosial. Hal ini dapat memperburuk kondisi mental korban, yang semakin merasa terperangkap dalam pengalaman traumatis tersebut. Selain itu, stigma yang melekat pada korban pelecehan seksual sering membuat mereka enggan untuk berbicara atau mencari bantuan, yang memperburuk dampak psikologis yang mereka alami (Zein et al., 2023).
Dampak Psikologis Jangka Pendek dari Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan pada korban dalam waktu yang relatif singkat setelah kejadian. Banyak korban yang mengalami perasaan bingung, terkejut, marah, dan malu. Perasaan tersebut seringkali datang dengan reaksi fisik, seperti kecemasan berlebih, ketegangan otot, dan gangguan tidur. Pada tahap awal, korban mungkin merasa kesulitan untuk memahami atau memproses apa yang telah terjadi, yang mengarah pada respons emosional yang ekstrem (Rohim et al., 2024).
Salah satu dampak psikologis jangka pendek yang umum adalah kecemasan. Korban seringkali merasa takut untuk berada di tempat yang sebelumnya dianggap aman, atau mereka merasa cemas akan bertemu dengan pelaku di kemudian hari. Misalnya, seorang korban yang mengalami pelecehan seksual di tempat kerja mungkin merasa terancam setiap kali berada di ruang yang sama atau berinteraksi dengan orang yang memiliki kedekatan dengan pelaku. Gejala kecemasan ini bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi aktivitas sehari-hari korban.
Contoh kasus dapat ditemukan dalam banyak penelitian yang menunjukkan bagaimana korban yang mengalami pelecehan seksual di ruang publik atau lingkungan sosial merasa cemas atau takut berada di tempat-tempat umum. Mereka mungkin menghindari transportasi umum atau tempat-tempat tertentu yang dianggap tidak aman. Semua reaksi ini menunjukkan bahwa meskipun dampak jangka panjang dari pelecehan seksual masih perlu dianalisis, gejala-gejala psikologis jangka pendek sudah cukup membebani korban dalam mengelola kehidupan sehari-hari mereka (Nurfaizah et al., 2023).
Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD) sebagai Dampak Jangka Panjang
Salah satu dampak psikologis paling serius yang dapat timbul akibat pelecehan seksual adalah gangguan stres pasca-trauma (PTSD). PTSD adalah kondisi kesehatan mental yang berkembang setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang sangat mengancam atau menakutkan. Bagi korban pelecehan seksual, pengalaman traumatis ini bisa menyebabkan mereka kembali mengingat kejadian tersebut berulang kali dalam bentuk kilas balik, mimpi buruk, atau pikiran yang sangat mengganggu (Fahreza & Fahreza, 2023).