Mohon tunggu...
T. Fany R.
T. Fany R. Mohon Tunggu... Pecinta kopi, penjelajah kata, dan hobi lari

Kopi bukan hanya minuman—ia adalah teman refleksi. Buku bukan sekadar bacaan—ia adalah jendela dunia. Dan lari bukan hanya olahraga—ia adalah ruang dialog dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Politik Kantor

13 Oktober 2025   06:49 Diperbarui: 13 Oktober 2025   06:49 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Medan Tak Terlihat di Balik Meja Kerja


Politik kantor bukan tentang partai, kampanye, atau pemilu---tapi tentang kekuasaan yang diam-diam bermain di balik meja kerja. Ia hidup di setiap rapat, di setiap percakapan dapur, di setiap keputusan promosi, bahkan di setiap senyum yang terasa terlalu ramah untuk jujur.

Banyak orang berpikir, kalau mereka cukup rajin, hasil kerja akan berbicara sendiri. Sayangnya, di dunia kerja nyata, yang berbicara sering kali bukan hasil, tapi siapa yang paling pandai berbicara.
Politik kantor adalah tentang jaringan, pengaruh, dan kepentingan---bukan selalu tentang kinerja.

Di satu sisi, politik kantor bisa menjadi alat bertahan hidup. Orang yang peka membaca situasi, tahu kapan berbicara dan kapan diam, tahu siapa yang bisa dipercaya dan siapa yang hanya pura-pura mendukung---mereka biasanya lebih mudah naik. Tapi di sisi lain, ketika politik kantor dibiarkan liar tanpa etika, ia bisa meracuni seluruh budaya kerja: muncul kubu-kubuan, adu bisik, saling menjatuhkan, dan karier orang baik pun bisa mati pelan-pelan.

Yang paling berbahaya dari politik kantor bukan intrik atau gosipnya, tapi rasa lelah dan muak yang diciptakannya. Pegawai yang dulu rajin dan idealis perlahan berubah menjadi apatis---datang, bekerja seperlunya, lalu pulang tanpa peduli. Mereka bukan kehilangan kemampuan, tapi kehilangan makna.

Padahal, di tengah hiruk pikuk itu, masih ada jalan untuk bertahan tanpa harus ikut kotor.
Caranya: tetap profesional, jaga integritas, dan jangan ikut arus bisik-bisik beracun. Tak perlu memihak, tapi juga jangan buta arah. Tahu kapan bicara, dan kapan cukup bekerja diam-diam tapi solid.

Karena pada akhirnya, dalam politik kantor, orang yang paling lama bertahan bukan yang paling pandai bermain, tapi yang paling bisa menyeimbangkan---antara realitas dan prinsip, antara ambisi dan kewarasan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun