Dalam dunia pewayangan, Sengkuni dikenal sebagai tokoh licik, manipulatif, dan piawai dalam adu domba. Ia bukan tokoh yang menghunus pedang di medan laga, tapi ia menebar racun lewat kata-kata dan tipu daya. Sayangnya, karakter seperti ini tidak hanya hidup di kisah Mahabharata---tapi juga sering muncul di dunia nyata, termasuk di lingkungan kerja.
Lalu, bagaimana jika di kantor tempat kita bekerja ternyata ada sosok "Sengkuni"? Orang yang pandai bersilat lidah, memecah belah rekan kerja, berpura-pura baik di depan atasan, dan diam-diam menjatuhkan kolega di belakang? Ini bukan sekadar dinamika sosial biasa. Jika dibiarkan, "Sengkuni kantor" bisa merusak tim, menghancurkan budaya kerja, bahkan menciptakan lingkungan toxic yang mengganggu kesehatan mental.
Berikut beberapa hal yang bisa kamu lakukan jika mendapati dirimu bekerja bersama seorang "Sengkuni":
Jangan Ikut Tertarik dalam Permainannya
Hal pertama yang harus kamu sadari: Sengkuni sangat pandai memancing emosi. Ia akan mencoba membuatmu merasa tidak aman, tidak cukup dihargai, atau bahkan terisolasi. Tujuannya adalah membuatmu bereaksi, lalu ia akan memelintir reaksi itu demi keuntungan dirinya sendiri.
Jadi, jangan terpancing. Tetap tenang, profesional, dan jangan mudah percaya pada bisik-bisik yang tidak jelas sumber dan tujuannya.
Bangun Reputasi Berdasarkan Etika dan Integritas
Cara terbaik untuk melawan fitnah adalah dengan membangun track record yang bersih. Bekerjalah dengan jujur, jaga komunikasi yang terbuka dengan rekan dan atasan, serta usahakan selalu objektif.
Jika kamu sudah dikenal sebagai orang yang bekerja dengan integritas, akan jauh lebih sulit bagi seorang Sengkuni untuk menjatuhkanmu lewat gosip atau manipulasi.
Simpan Bukti dan Dokumentasi
Jika kamu merasa Sengkuni di kantor sudah mulai berulah dalam bentuk menjatuhkan nama baik, menghasut, atau menyebarkan informasi keliru, jangan lawan dengan emosi---lawan dengan bukti. Simpan dokumentasi, email, chat, atau bukti komunikasi lain yang bisa menunjukkan kebenaran.
Ini penting, terutama jika konflik sampai melibatkan pihak HRD atau manajemen.