Mohon tunggu...
T. Fany R.
T. Fany R. Mohon Tunggu... Pecinta kopi, penjelajah kata, dan hobi lari

Kopi bukan hanya minuman—ia adalah teman refleksi. Buku bukan sekadar bacaan—ia adalah jendela dunia. Dan lari bukan hanya olahraga—ia adalah ruang dialog dengan diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Takut Masa Lalu

9 Agustus 2025   10:28 Diperbarui: 10 Agustus 2025   20:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak orang mengira penyembuhan berarti menghapus seluruh jejak luka.
Padahal, itu hampir mustahil.
Luka yang pernah membentuk kita akan selalu meninggalkan bekas—
baik di ingatan, maupun di hati.

Menerima berarti mengizinkan bekas itu tetap ada,
tanpa lagi membiarkannya menjadi alasan untuk berhenti hidup.

Kenapa Menghapus Justru Menyakitkan

Semakin kita berusaha keras melupakan,
semakin ingatan itu justru melekat.
Otak kita tidak pandai memahami instruksi “jangan pikirkan itu,”
karena setiap kali kita berkata begitu,
kita justru memanggil kembali gambar, suara, dan rasa yang ingin kita hindari.

Menerima adalah jalan yang lebih lembut:
mengakui bahwa masa lalu adalah bagian dari cerita hidup kita,
dan bagian itu tidak perlu dibuang untuk kita bisa bahagia.

Mengubah Hubungan dengan Luka

Ketika kita menerima, luka itu tetap ada,
tapi posisinya berubah.
Dulu ia berada di depan, menghalangi pandangan kita.
Sekarang ia bergeser ke belakang, menjadi latar.

Kita masih bisa melihatnya jika menoleh,
tapi ia tidak lagi menutup cahaya dari depan.

Menerima bukan berarti kita setuju dengan apa yang terjadi.
Bukan berarti kita merelakan semua kesalahan orang lain.
Menerima adalah memilih tidak berperang dengan kenangan setiap hari,
karena perang yang terus-menerus hanya akan membuat kita lelah.

Hidup yang Lebih Ringan

Saat kita berhenti menghapus,
kita berhenti memaksa hidup menjadi “sempurna” tanpa masa lalu.
Kita mulai memberi ruang untuk bahagia meski ada bekas luka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun