Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Sanadyan Urip iku Mung Mampir Ngombe"

19 Januari 2021   16:20 Diperbarui: 19 Januari 2021   16:33 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, saya dan kawan-kawan sekolah dulu menyepakati untuk mengadakan sebuah pertemuan. Bisa dibilang, saya paling aktif untuk menyediakan diri untuk hadir ke acara-acara tersebut. 

Meskipun, tingkat kehadiran bisa dibilang sangat minim mengingat usia yang semakin menua dan prioritas tanggung jawab yang sudah dimiliki oleh masing-masing dari kami.

Selebihnya kita skip saja karena saya tidak suka banyak membicarakan romantisme sebuah hubungan yang selalu mbulet di situ-situ saja. Dan saya akan lebih suka mengajak anda sekalian untuk fokus kepada apa yang menjadi bahan perbincangan kita.

Kita sudah banyak diperlihatkan oleh semesta yang mulai berbicara. Atau dengan kematian yang bisa dibilang massal oleh karena kedatangan makhluk baru yang masih banyak yang belu mengenalnya. 

Kita percaya bahwa segala sesuatu yang terjadi belakangan ini merangsang akal pikiran kita bahwasanya ini semua merupakan sebuah pertanda. Namun pertanda apakah itu? Inilah yang menjadi topik hangat pembicaraan hingga sedikit lupa terhadap waktu yang selalu awas.

Saya dan teman-teman sebelumnya secara kebetulan juga membicarakan tanda-tanda akhir zaman. Salah satunya dengan ditandai dengan jumlah wanita yang melebiha jumlah pria. 

Mulai berbondong-bondong orang masuk golongan agama tertentu, tapi di sisi lain juga diperingatkan dengan perkataan Nabi bahwa perkataan mereka hanya sebatas kerongkongan. Atau tanda-tanda kedatangan Ya'juj Ma'juj, yang disini kita sempat berdebat antara kedatangan mana yang lebih dulu antara Ya'juj Ma'juj atau Dajjal. 

Lalu, siapakah Imam Mahdi? Kalau kondisi saat ini menggambarkan para guru justru banyak yang berebut eksistensi. Para guru-guru banyak offside terkait hal membuka keluasan rahmat, bukan mempersempitnya jadi hanya sebatas benar dan salah.

 Namun, di antara banyak bisikan data tentang cici-ciri tanda akhir zaman. Ada satu yang paling menarik bagi kami, yakni tingkat kematian yang meningkat, baik meliputi masyarakat umum atau orang-orang yang dianggap telah memiliki ilmu. Yang melalui wabah pandemi atau bencana alam akhir-akhir ini. 

Selama kita berbincang, kita tidak bisa langsung menyimpulkan bahwa ini semua merupakan adzab. Karena bisa jadi ini merupakan sebuah peringatan bagi yang masih leluasa menghembuskan nafasnya.

Terserah-serah Tuhan mau mengambil siapa saja, dimana saja, atau kapan saja. Toh, Dia adalah Maha Pemilik Hidup dan Mati. Tapi, manusia terlalu sembrono seolah-olah mewakili Tuhan dengan berani mengambil banyak kesimpulan yang bermacam-macam. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun