Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Meng-asing untuk Dikenal

17 September 2020   16:29 Diperbarui: 17 September 2020   16:37 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/bonnie-kittle

Perjalanan ini telah melebihi setengah jalan. Segala tapak jalan selalu meninggalkan jejak. Segala rentang waktu selalu memberi kenangan. Dan segala pertemuan denganmu akan selalu meninggalkan kesan. Meski, semua itu hanya angan ataupun bayangan yang bermanifestasi hingga menambah kerinduan.

Aku pun tidak terkejut apabila yang mewujud selama ini hanyalah sebatas pantulan cahaya yang membentuk rupa di permukaan cermin. Sedang yang nampak dan telah bertemu, bukanlah wujud sejatimu. Aku lantas terus mencari dan meniti tiap rasa yang tumbuh. Hingga hanya diam yang selalu menghiasi segala pertemuan.

Meski terlihat diam, kata-kata itu terangkai merajut makna. Menyatakan asih yang kukembalikan karena semua kata-kata itu pun berasal darimu. Sekalipun engkau datang membawa kesan keterasingan, hal itu tak lantas membuatku terhenti untuk memperhatikan setiap getaran langkahmu. Untuk mendengarkan sayu-sayu suaramu.

Semakin diam itu terpelihara, semua semakin menjadi asing bagi tatap-tatap yang saling sapa secara langsung. Uniknya, keterasingan itu tak lantas mengikis rasa yang telah tumbuh. Apa ini yang bisa membawaku ke keabadian? Dengan memelihara, memupuk, dan menyiraminya. Tanpa tau buah dari rasa itu akan dinikmati oleh siapa.

Banyak aku lihat di permukaan cermin itu sesuatu yang buruk, namun aku tak lekas memalingkan pandanganku untuk mencari sesuatu lain yang indah. Aku akan tetap memandang keburukan itu yang juga merupakan bagian darimu. Atau bahkan sekalipun engkau sengaja memberikan pemandangan buruk itu, tak lekas membuatku berpaling.

Di saat yang lain banyak yang mencari kenyamanan, aku mencari ketidaknyamanan. Di saat yang lain mencoba menemukan keindahan, aku duduk bersila mengenyam sesuatu yang tidak enak dipandang. Di saat semua sibuk mengamankan dirinya sendiri dan mencari keselamatan. Aku justru banyak berkecimpung di zona yang tidak aman dan berpotensi mendatangkan kehancuran.

Ya, sekalipun engkau tak lebih dari sekedar cermin, itu tak membuatku lelah untuk menatapmu karena selalu ada keindahan yang tersirat. Segala sifat-sifat yang tercermin itu pun adalah bagian dari dari cermin itu sendiri. Aku mencinta bukan karena sesuatu yang bukan tercermin dan kecerminannya tersebut.

Bagaimana sesuatu akan selalu baik, jika baik itu sendiri tercipta karena ada keburukan. Bagaimana sesuatu akan bermakna kanan, jika tidak ada kiri. Bagaimana kamu akan menjadi yang tunggal, jika tidak ada yang jamak. Bagaimana aku akan melihat sesuatu yang sejati, jika tidak ada beribu semu yang selalu menghijabi.

Sesuatu akan nampak jelas jika ada perbandingannya. Semua akan semakin terbukti karena ada kepalsuan-kepalsuan yang ditemui. Semua akan terlihat kejujran dan kebenarannya karena banyak kedholiman dan ketidaktepatannya.

Seperti itulah rasa ini kepadamu, Kasih! Aku percaya kepadamu, engkau yang mengejawantahkan segala pertunjukan rasa yang akhirnya dapat kukenal. Engkaulah yang satu dan tidak ada sesuatu yang lain kecuali engkau. Meski segala sesuatu memiliki pertentangannya, namun sesungguhnya itu tak lebih dari sesuatu yang engkau nyatakan, "Aku adalah harta tersembunyi. Dan aku sendiri rindu untuk segera kau kenali!"

Segala skenario ini telah tercipta begitu sempurna dan hanya engkau yang mampu menyempurnakan cahayanya. Dalam kesunyian dan heningnya malam, pantulan cahaya rembulan tak pernah berhenti menyibak rahasia yang tersembunyi di dalam gelap. Sekalipun, banyak anjing-anjing berteriak untuk menutupinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun