Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gelap yang Mengenalkan Terang

21 Juli 2020   16:33 Diperbarui: 21 Juli 2020   16:23 3147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash/christian-newman

Sadar atau tidak sadar, kita sedang dalam mencari kepuasan. Kita merasa mencintai sesuatu, padahal sesungguhnya mencintai tersebut sebagai sebuah cara untuk memenuhi kepuasan tersebut. Kita merasa mengenal sesuatu yang inti, sedang kita enggan menenyam pahitnya kulit kehidupan. 

Kita merasa telah diterima dalam kemesraan, sedang kita jarang menahan diri atau enggan mengalami penolakan-penolakan. Merasa diselamatkan? Tidak ada yang sanggup mengukur keselamatan seseorang atas janji-Nya.

Kemarau pun akhirnya roboh oleh sapaan hujan di tengah teriknya. Menyingkap cahaya yang seharusnya menjadi terang bagi kehidupan yang diselimutinya. 

Sedangkan manusia? Nantinya juga akan roboh oleh kebingungan di tengah luasnya pengetahuan yang telah dimiliki. Seharusnya semua itu akan mendatangkan kedamaian dalam balutan cahaya, namun cahaya itu justru menuntun ke dalam kegelapan.

Lantas bagaimana kita menemukan terang? Kita tidak akan sanggup menemukan terang karena belum benar-benar mengerti tentang terang. Salah satu cara kita memahami terang adalah dengan mengenal kegelapan. Dan kita tidak akan betul-betul memahami kecuali hanya mengira atau meraba saja. Namun setidaknya, janganlah berputus asa terhadap rahmat Tuhanmu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun