Terlebih jika dirasa akal telah didayagunakan sebagai mana mestinya dengan muatan-muatan ilmu yang telah dipelajari. Sudah menjadi tabiat manusia untuk melakukan pembelaan terhadap dirinya sendiri karena keinginan dirinya akan rasa aman dan keselamatan.Â
Di samping hal tersebut, Tuhan telah menetapkan harga tinggi dengan membeli jiwa-jiwa orang yang beriman dengan balasan kenikmatan di kehidupan berikutnya.
Pernahkah sekalipun kita sadar, bahwa apapun pekerjaan yang dilakukan sesungguhnya hanya untuk diri sendiri. Dengan begitu banyaknya amal terpuji yang telah dilakukan, bukankah hal itu hanya demi untuk menimbun pahala? Engkau banyak mempelajari ilmu-ilmu keagamaan, bahkan rela membunuh 'diri sendiri', bukankah hal tersebut demi keselamatan dirimu sendiri?
Orang-orang di zaman sekarang secara ajaib mampu memahami ilmu pengetahuan. Mereka mampu memahani sesuatu dari yang sesungguhnya asing bagi diri mereka sendiri. Dan mereka mencari segala pengetahuan yang terpenting adalah demi peningkatan kualitas diri sendiri, meski mereka tidak menyadarinya.Â
Sebagai antisipasi atas keterpojokan diri apabila dianggap tidak mengetahui ataupun sebagai bekal kompetisi meraih puncak eksistensi dengan banyak memberikan penilaian benar dan salah. Pertanyaannya, apakah itu yang utama?
Siang dan malam telah habis untuk mencukupi kebutuhan makan tubuh ini. Sedangkan Rasullallah Saw. pernah bersabda, "Aku menghabiskan malam dengan Tuhanku, dan Dia memberiku makan dan memberiku minuman". Ternyata ada hal lain yang perlu diberi asupan makan dan minum selain tubuh.Â
Ternyata ada sesuatu hal lain yang mengajarkan untuk menembus batas akal, sebuah nilai yang bisa menjadi pegangan untuk melampaui dunia ini bahkan kehidupan berikutnya. Apa yang mesti dilakukan jika kita tidak mengetahui nilai tersebut?
Kita hanya sibuk mempertahankan nilai dan harga diri di hadapan kesementaraan. Kita terlalu angkuh dengan pekerjaan-pekerjaan yang terasa sudah dituntaskan. Kita seringkali berbuat tidak adil terhadap diri sendiri dan dengan tujuan kurang tepat dalam menjual nilai diri.Â
Kemuliaan? Lantas, bagaimana engkau dengan mudah menginginkan penyatuan kembali dengan akal? Tubuh akhirnya berubah fana, menelisik jauh ke rulung jiwa, menuju keabadian.