Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Menulis Intuitif dan Imajinatif untuk Menambah Kedekatan Diri kepada Tuhan

14 Januari 2020   15:46 Diperbarui: 14 Januari 2020   16:09 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Untuk mengantisipasinya, beliau selalu menyediakan catatan disamping mesin tik. Sehingga ketika muncul ide-ide baru yang keluar konteks dari apa yang sedang ditulis, Mbah Nun selalu menuliskan di catatannya. Untuk kosakata sendiri menurut beliau kita mesti imajinatif, asosiatif, dan emotif.

Menulis itu tentang meracik sesuatu. Terkait dengan cara menghadirkan emosi, Mbah Nun justru mengembalikan kepada si penanya, bahwasanya anda harus menemukan alasan kenapa anda mencintai 'menulis'. "Untuk mencintai emosi, masa kamu tidak mencintai apa yang kamu lakukan." Kata Mbah Nun.

Mbah Nun memberikan visualisasi urutan dalam menulis. 1) Jurnalisme; 2) Ilmu; 3) Esai; dan 4) Puisi. Menurut Mbah Nun, esai termasuk kedalam salah satu kesenian, karena esai lebih tinggi tingkatannya dibanding ilmu. Di samping itu, ilmu juga belum tentu mampu memahami esai. Terlebih jika berkaitan dengan puisi, puisi itu sama sekali tidak butuh tanggung jawab kepada ilmu. Karena kata-kata dalam puisi sangat imajinatif dan tidak realistis jika dipandang menggunakan kacamata keilmuan.

foto : caknun.com
foto : caknun.com
Tentukan, diri anda berada dimana dalam 4 rangkaian tersebut. Jarak pandang sangat dibutuhkan agar sanggup mempunyai perspektif yang berbeda dari orang lain. 

Dahulu, para maestro ini juga memiliki kebiasaan main gaple sampai jam 3 pagi bersama orang-orang teater perdikan. Ketika mereka pulang, kegiatan Mbah Nun selanjutnya selalu menuliskan sesuatu dengan mesin tiknya. Mbah Nun pun mengajak kami semua mentradisikan sregep. 

"Karena hari, malam, siang tidak pernah sekalipun absen kepada kita." Pungkasnya.Kita mesti memliki budaya niteni, kalau perlu belajarlah kepada tulisan orang lain sebanyak-banyaknya.

Sehabis maghrib, masih ada Pak Totok yang memberikan wejangannya keterkaitan dengan menulis. Lalu sedikit review dari tim redaksi pun diulas untuk memberikan gambaran tentang poin-poin yang baik ataupun yang kurang tepat dalam kepenulisan, terutama dalam reportase ataupun storytelling.

Workshop sehari ini memang dirasa sangat singkat, tapi harapan akan membumbung, mewujud, selaras dengan niat kedatangan para penulis dari berbagai penjuru negeri ini untuk dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sebagai bekal mengarungi kehidupan melalui literasi. Sekitar pukul 8 malam, acara pun dipungkasi dengan melantunkan sholawat bersama-sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun