Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beriman Itu Bahagia!

10 Oktober 2019   16:18 Diperbarui: 10 Oktober 2019   16:30 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama-tama, Kang Triyono sedikit bercerita tentang pengalamannya nyantri. Dan menurut beliau salah satu yang dikenang adalah amalan. Salah satu kebiasaan santri adalah meminta amalan kepada Kiai Solikhin. 

Pada saat itu, gurunya Kang Triyono memberikan suatu amalan yang sulit, yaitu berpuasa selama 41 hari dan tidak boleh tidur di malam terakhir. Kang Tri beserta teman-temannya kemudian bersepakat untuk saling mengingatkan. 

Jadi, yang terlihat ngantuk kena gebuk oleh teman yang lain. Siapa yang tidak marah? ketika ngantuk malah kena gebuk teman yang lain. Jadi selain pantangan untuk tidur, mengontrol emosi juga menjadi ujian yang bisa jadi lebih berat. Namun, bagi Kang Tri, pengalaman-pengalaman seperti itu akan menambah kecerdasan spiritual seseorang. Tentu bukan kecerdasan biasa yang diartikan secara umum.

Seorang Habib yang merasa malu jika meski dipanggil Habib (Anis Sholeh Ba'asyin),kemudian membuka bahwa apapun yang dirasakan untuk mengenang yang telah hilang salah satunya harus ada ikatan yang kuat yang terjalin. Dan, hal tersebut yang sering tidak dipahami oleh orang-orang. Dengan mudahnya komunikasi, apa yang terjadi justru sebaliknya. 

Bermuwajjah menjadi hijab tersendiri bagi orang zaman sekarang untuk saling bertatap muka. Apalagi berjuang bahkan berjuang hanya demi sebuah pertemuan yang membahas tentang aji (pengajian). Sudah jarang. Kebanyakan masih terjebak kepada tokoh yang mengisi. Jadi, tidak mudah untuk mendapatkan niat yang tulus untuk dapat menghadiri acara seperti ini. Untuk terus berjalan mengais ilmu.

Hubungan manusia dengan orang lain bukan soal akal saja, namun tentang rasa. Sudah banyak tuntutan dalam islam mengenai hal itu. Banyak da'i-da'i baru menurut Habib kurang memperhatikan tentang rasa dan hanya mengedepankan akal atau pemahamannya saja. Sekalipun dia lulusan universitas luar negeri. 

Habib Anis mengibaratkan suasana ini dengan iklim dunia persilatan, siapa-siapa ingin dihadapi. Merasa lebih tau, dan tanpa mengedepankan rasa, menyalahkan bahkan menganggap kafir seseorang pun seperti mudah terlontar begitu saja. Padahal, bukankah kata-kata itu menjadi sesuatu yang meski dijaga karena kata-kata sendiri adalah do'a?

Tapi, jangan khawatir. Habib Anis justru menyuruh untuk bersyukur, terutama karena jamaah semua tinggal di lingkungan yang masih bisa disebut sebagai desa. Menurut Habib Anis, ilmu tertinggi justru berada di desa, bukan di universitas-universitas ataupun sekolah-sekolah formal seperti yang mayoritas kita yakini selama ini. Maka dari itu, islam di negeri ini akan sangat sulit untuk dijebol dengan keberadaan ilmu-ilmu yang masih banyak diajarkan dari berbagai pelosok desa. "Islam abad 21 akan memimpin dunia, dan akan muncul di nusantara." Pungkas Habib Anis.

dokumen pribadi
dokumen pribadi
Istiqomah yang Paling Utama
Mengingat pengalaman nyantri, Habib Anis kemudian memberikan salah satu ijazah yang pernah diberikan oleh gurunya. Istilah ijazah ini sendiri dala dunia santri tidak berupa selembar kertas dengan cap dari lembaga formal tertentu. Ijazah dari santri lebih banyak dimaknai sebagai suatu pitedah/anjuran(bisa berupa apa saja) yang diberikan oleh gurunya untuk diamalkan. Malam hari itu, Habib Anis ijazah yang diberikan berupa bacaan surat Al-Fath ayat 1-3.

Sekurangnya ada lima fadhillah atau keutamaan yang dibeberkan oleh Habib Anis. "Pertama, penjenengan badhe diparingi kemenangan ingkang nyoto (kamu akan diberikan kemenangan yang nyata), kemudian bakal diampuni dosa-dosannya sakdurunge lan sakwise (sebelum dan sesudahnya). Ketiga, disempurnakan niatnya." Kata Habib Anis. 

Sampai sini beliau mengibaratkan nikmat dengan gula. Gula itu nikmat, tapi apabila dikonsumsi secara berlebihan akan berakibat diabetes. Begitu juga dengan nikmat, segala seusatu yang berlebihan pasti mengandung efek samping. Dan "disempurnakan" dalam ayat ini menurut tafsir bahwa kemungkinan jelek yang terdapat di gula itu dihilangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun