Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ketika Bosan Merayakan Kemerdekaan

19 Agustus 2019   16:23 Diperbarui: 19 Agustus 2019   16:26 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: okezone.com

Sembari mencari presisi jawaban yang tepat pada zaman sekarang, mereka juga sedang mencari cara yang berbeda untuk merayakan hari kemerdekaan bangsanya yang ke-74. Karena kebetulan malam harinya bertepatan dengan acara sinau bareng, sepakatlah mereka melakukan perjalanan yang mungkin sangat aneh. Sebuah perjalanan yang biasanya hanya butuh waktu sekitar 1,5 jam dengan kendaraan bermotor, mereka merencanakan perjalanan tersebut dengan berjalan kaki yang membutuhkan perkiraan waktu 9 jam menurut Mbah Google.

Rohmat, Badrun, Solikin, maupun Cuwil yang awalnya setuju dengan rencana tersebut seiring dengan berjalannya waktu tereliminasi oleh niat mereka masing-masing yang goyah akibat angan-angan ketakutan  sebuah perjalanan yang sedikit tidak masuk akal tersebut. Hingga tiba tanggal 17 pagi, hanya tersisa Bewol dan Gus Welly. Sebotol air putih dan sebotol kopi hitam, tak lupa tembakau dan sigaretnya telah siap dimasukkan ke dalam tas, dengan sarung dan kaos satu helai ternyata sudah membuat muatan cargo tas penuh. Sedangkan, Gus Welly hanya satu plastik kecil berisi tembakau.

"Beberapa waktu lalu, saya sudah ada niat untuk berjalan kaki ke tempat Si Rohmat. Tapi ternyata diwujudkan dengan perjalanan yang lebih menantang." Kata Bewol.

"Kalian ini ada hajat apa to?" tanya Pak Son yang kebetulan sedang berada di rumah Gus Welly.

"Tidak ada hajat apa-apa. Hanya saja ini adalah rencana yang sangat sayang sekali untuk dilewatkan terlepas dari momentum yang pas. Sekali seumur hidup pun belum pasti mendapatkan seperti ini disaat kita sudah dimudahkan dengan alat transportasi." Jawab Gus Welly.

Kemerdekaan pun akhirnya didapat setelah berhasil menaklukkan rasa malas untuk meniti jengkal menyapa semesta. Rasa hina ketika dipandang mereka yang teristimewa di atas kuda atau perahu besinya. Mungkinkah ini sanggup lebih berkesan daripada pengalaman lupa membawa ikat pinggang atau topi saat upacara bendera? Bodo amat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun