Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Akuntan - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sinau Bareng-Risalah Cinta dari Tuhan

19 Juni 2019   11:07 Diperbarui: 19 Juni 2019   11:20 255
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hanya saja hari itu adalah hari pertama di awal Minggu, dimana rutinitas yang semestinya dijalani menjadi hal yang membosankan. Ditambah langit yang seharian tampak abu-abu gelap. 

Meningkatkan kekhawatiran akan terkena guyuran air yang membuat perjalanan ke PKKH UGM sore itu terasa berat. Tapi Tuhan selalu menuangkan cinta-Nya ke acara ini. 

Selalu Al-Muhtadin datang dari segala penjuru untuk 'sinau bareng', dalam skala yang mustahil jika tujuan mereka adalah belajar. Bahkan konser Band papan atas pun jarang sepadat ini yang jelas tujuannya adalah menghibur.

Maiyah, suatu kebersamaan untuk belajar bersama sehingga diharapkan bisa memaknai sesuatu. Bahkan, maiyah ini bukan suatu pengajian yang hanya berpatok pada kebenaran orang yang menyampaikan di atas panggung. 

Semua memiliki posisi yang sama untuk mencari sebuah kebanaran. Yang nanti posisi tersebut yang memiliki nilai akan ditransformasikan ke dalam skala kehidupan sehari-hari untuk memaknai berbagai macam hal. "Sinau bareng ini penting secara posisi" ungkap Cak Nun dalam memberikan makna tentang acara pada malam itu.

 Risalah merupakan pesan yang diberikan kepada Rasul untuk disampaikan kepada ummatnya. Dan cinta menjadi sebuah tema pada malam hari itu, dimana banyak sekali masalah atau ketidaktepatan di dalam hidup ini yang mesti dipelajari lagi. 

Misalnya, kita sering memperhatikan apa yang menjadi keinginan disaat keinginan tersebut tidak sebenarnya bukan keperluan utama. 

Dan keinginan tersebut sangat erat kaitannya dengan pengakuan dan legitimasi kekuasaan. Kita sering terjebak dalam lingkaran kekuasaan karena kita masih bangga akan pengakuan.

Negeri ini akan menghadapi tahun politik, apakah itu benar tahun politik? Ketika para hadirin diajukan pertanyaan, "apakah pilpres nanti akan membawa kesejahteraan?". "Tidak!" serentak para pemuda-pemudi menjawab dengan penuh keyakinan. 

Lalu Cak Nun meneruskan,"jadi besok ini tahun demokrasi apa ambisi?" Pada kesempatan tersebut yang 90% adalah pemuda dengan kekeuh menyatakan "ambisiiii.....". Kemeriahan yang menjadi anekdot sebuah kebanggaan yang selama ini mereka sembunyikan seakan telah keluar dari persembunyian bahkan terpendam.

Sebuah Negara Demokrasi yang memaksa rakyatnya memilih diantara dua pilihan untuk dijadikan seorang pemimpin. Yang akhirnya menimbulkan percikan kebencian diantara kedua kubu. Akhirnya mereka kehilangan cinta untuk dapat bersama-sama menciptakan kesejahteraan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun