Mohon tunggu...
Taufan Satyadharma
Taufan Satyadharma Mohon Tunggu... Penulis - Pencari makna

ABNORMAL | gelandangan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Surat Dusta

30 April 2019   16:23 Diperbarui: 30 April 2019   16:48 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara tentang lara mungkin ini lebih mengarah ke luka yang membekas di dalam hati, bukan pada fisik. Lara merupakan sesuatu yang tak nampak, berbeda dengan luka yang sering dapat kita lihat. Rasa yang sering menimbulkan efek kekecewaan atau kesedihan ini tidak akan bisa kita hindari selama kita masih saja mendambakkan segala sesuatu seperti apa yang kita inginkan yang lebih membuat hati puas dan aman. Yang sering terdorong oleh keliaran ego kita yang selalu menuntut kenyamanan atas diri kita.

Lara hanya akan selalu datang menyapa selama kita menuntut kebahagiaan. Kamu pun pasti sudah tahu itu. Selama kita berbenturan dengan kebahagiaan dan mengejarnya, jangan harap kita bisa lari dari kekecewaan. Jalan satu-satunya adalah bagaimana kita berhenti menyombongkan diri di hadapan kekecewaan atau kesedihan itu sendiri. Bahkan, kalau perlu jadilah teman baik bagi mereka yang selalu tercampakkan. Jarang yang berterimakasih kepada mereka disaat atas jasa mereka pada akhirnya mereka bisa berkenalan dengan apa dan bagaimana rasa kebahagiaan itu.

Bahkan kedatangan anganmu pun dengan frekuensi waktu yang padat dalam hitungan jam-tanpa pernah bisa menatap atau sekedar menyapa (walaupun aku sendiri yang buat)- lantas aku bisa apa? Jika pada akhirnya dengan berpuasa menatap atau menyapa akhirnya aku bisa banyak belajar. Dan mungkin tanpa sepatah kata pun, karena aku tidak tahu apakah tulisan ini pun akhirnya sampai atau tidak. Tapi setidaknya ini lah sapaanku, untuk anganmu.

aku akan berdiri di kisaranmu, tanpa pernah berusaha menapakkan kaki lagi masuk ke wilayah itu. Bahkan memiliki angan ini pun sudah lebih dari cukup daripada mesti mencintaimu dengan harap memiliki. Aku sudah tidak ingin memiliki jika akhirnya mesti merasa kehilangan. Kecuali semilir keabadian akan sebuah rasa  karena akhirnya hanya rasa yang meleburkan aku ke dalam kasyafahmu. Menjadi satu, lalu aku mesti mengaharapkanmu dengan apa lagi? Manifestasi af'al Tuhan selalu berlaku seolah memanggil anganmu untuk segera datang. Namun, pada akhirnya aku hanya takut akan membuatNya cemburu ketika kedatanganmu akhirnya lebih bermakna. Dia hanya mengingatkan akan mengambil apapun dari sisiku yang aku cintai melebihiNya.

Lalu keselamatan seperti apakah yang kamu pilih?

Tetap mengejar kebahagiaan dengan mencongkakkan diri di hadapan lara? Atau mulai belajar niteni setiap titik rasa, masalah sedih dan bahagia hanyalah efek laku kita. Yang mengejar kita, bukan kita yang menujunya.

Kun dalam fana, fana dalam kun!

Suwung dalam fayakun, fayakun ke dalam suwung!

22 Januari 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun