Ditengah perjalanan, hujan rintik-rintik mulai turun pertama kali nya mendaki diiringi hujan (kenikmatan yang hakiki). Sesampai nya di Kandang Badak hujan pun tambah deras. Akhirnya kami berteduh di warung kebetulan menjual kopi, teh, pop mie dan gorengan (luar biasa ya di digunung ada warung) soal harga wajar lah ya mahal sedikit karena jarak nya tempat berjualan dan pasar butuh perjuangan banget.Harga pergelas kopi dibandrol 5 ribu rupiah dan gorengan 2 ribu rupiah tapi lumayan buat menghangatkan tubuh yang sedang kedinginan.
Setelah hujan agak reda, kami mendirikan tenda. Sayang sekali kami mendapatkan lokasi yang tanahnya agak miring, karena dintanah yang datar sudah banyak sekali tenda-tenda yang didirikan pendaki lain. Saat itu memang pendakian sangat ramai sekali. Saya juga banyak menjumpai pendaki dari pelajar pecinta alam, yang kebetulan sedang melatih anggota baru nya. Bangga juga sih melihat anak belasan tahun mengisi waktu diluar jam sekolah dengan kegiatan positif (andai kedua putriku seperti mereka).
Anak PEPALA (Pelajar Pecinta Alam) SMK 15 Jakarta
Tiga tenda pun berhasil didirikan, 2 tenda untuk kami tidur dan 1 tenda untuk menyimpan kerir (tas khusus untuk mendaki gunung). Seperti biasa Saya membantu memasak makanan sederhana namun mempunyai citarasa yang luar biasa. Masak brokoli dan wortel pakai cabe rawit dan saori saus tiram (tanpa garam karena lupa bawa hehehe) saja sudah enak. Kalau di gunung apapun yang dimasak semua akan terasa nikmat. Masak nasi kurang matang juga tetap nikmat, memang kami harus makan makanan yang mengandung karbohidrat, protein juga berkalori untuk menambah tenaga menuju summit(puncak).
Awalnya kami ingin mendirikan tenda di Mandalawangi tetapi semua sebagian peserta sudah kelelahan, akhirnya diputuskan mendirikan tenda di Kandang Badak lalu summit pukul 03.00 wib nanti. Setelah selesai masak Saya pun masuk ke tenda, tapi tempat tidur favorit berada di tanah yang miring, alhasil tidur pun tidak nyenyak seperti di Gunung prauÂ
Pukul 02.00 wib Saya pun sudah terbangun dan merasakan dingin yang menusuk, ada Tbi, Bang Jaya, Moses, dan Darmawan (sepertinya mereka tidak tidur) yang juga sudah bangun kami langsung masak mi instan dicampur dengan brokoli semalam, mantap sekali rasanya. Akhirnya  pukul 04.30 kami berlima (Saya, Bang Jaya, Rizqi, Tobi dan Moses) melanjutkan pendakian menuju puncak Pangrango 3019 mdpl. Pantas ya disebut GePang (Gede Pangrango) ternyata dipertigaan ada 2 jalur yang kiri ke Gede dan yang kanan ke Pangrango.
Waktu pendakian diperkirakan tiga jam setengah, karena memang jalurnya yang lumayan sulit banyak pohon tumbang yang megharuskan kami kadang menunduk atau melompat dan agak sesikit licin karena bekas tertimpa hujan. Ternyata Darmawan, Tika, dan Tio  menyusul kami.Â
Ditengah perjalanan menuju puncak ada beberapa tenda yang kami lewati,bahkan mereka  menawarkan minum teh hangat dulu. Bersyukur yang tadinya perut keroncongan dan dingin bisa makan sedikit cemilan dan teh hangat dari mereka, kalau sudah rezeki memang tidak kemana biarkan di atas gunung walau hanya berupa cemilan dan segelas teh hangat tetap harus disyukuri.