Mohon tunggu...
Tatia Traveller
Tatia Traveller Mohon Tunggu... Penulis - Sosiologist, Ibu tiga anak yang suka menulis, traveling dan makan enak.

Penulis buku Cara Mencegah Selingkuh dan Cerai, Cegah dan Deteksi Kanker Serviks, Bahaya Alkohol dan Cara Mencegah Kecanduannya, Love and Shock, Hidangan Fav Mediterania. Sosiolog, dan pemerhati the whole universe. Menetap di Yunani sejak 2003. Saat ini sedang senang menulis tentang kesehatan, mind and body.http://www.tatiatravels.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Emotional Intelligence Selama Covid-19

1 Agustus 2020   11:39 Diperbarui: 1 Agustus 2020   11:37 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Berbeda dengan Maret 2020 saat Pemerintah Yunani  mengirim beberapa kali sms peringatan tentang bahaya wabah corona virus  keseluruh penduduk. Hingga sms lockdown. Gelombang kedua covid-19 di Yunani mulai nyata hari ini 31 July saat Menteri  Civil protection and Management Crisis mengumumkan covid-19 kembali merebak gelombang kedua saat ditemukan ada sekitar 57 kasus baru di wilayah Athena dan sekitarnya.

Saya yang sempat panik dan khawatir bahkan bisa dibilang paranoid akibat sms Maret lalu, maka kali ini saya sangat santai dan bahkan sama sekali tidak ada ketakutan akan wabah pandemi ini. Mungkin karena emosi saya sudah terkontrol akibat sudah melewati masa krisis panjang saat lockdown hingga vakum dari dunia traveling yang biasanya saya geluti sebagai sumber mata pencaharian.

Emotional intelligence (EI) ditemukan 1964 tetapi dipopulerkan oleh jurnalis Daniel Goleman 1995 saat beliau menulis buku "Emotional Intellegence" yang menjadi buku New York Times Best Seller. Pria lulusan Harvard university ini juga Professor Sosiologi di University Of Pacific. Saya tidak akan berpanjang lebar memasuki dunia psikologi dan membahas detail tentang emosional intellegent atau sering disebut EI juga masih bersangkutan dengan EQ (emotional quotient). Intinya saya akan membahas bagaimana kita sebagain individu bisa beradaptasi menyesuaikan diri  dengan lingkungan, situasi dan individu lain yang berinteraksi dan ada dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Saat individu dapat mengontrol emosinya biasanya akan menghasilkan manusia yang kuat mental, semangat bekerja keras dan tentu saja  dapat. dipilih menjadi pemimpin dilingkungannya. Itulah sebabnya sering kita melihat banyak tokoh dunia walau pun mereka diteror dan diserang banyak orang baik dengan kritik dan serangan langsung dengan hujatan tetapi mereka tetap maju terus pantang mundur. Karena biasanya para pemimpin itu sudah terbiasa mengatur dan mengendalikan  emosinya. Bahkan mereka itu biasanya sangat berempati. Namun tidak semua pemimpin punya EQ dan EI yang baik.

Tingkah laku tiap orang sejak lahir sudah ditakdirkan masing-masing memiliki keunikan sendiri. Terlepas seberapa besar komponen keluarga, lingkungan dan budaya serta tempat tinggalnya; semua tingkah laku individu tidak ada yang sama - bahkan orang kembar sekali pun. Akibat pandemi yang berkepanjangan mempengaruhi perubahan karakter anggota masyarakat. 

Ada beberapa konflik yang timbul selama lockdown kemudian masa setelah lockdown. Selama lockdown diuji kesabaran kita agar tetap berada di dalam rumah. Walau pun masih bisa keluar dengan surat jalan ke supermarket dan apotik. Setelah lockdown bisa menghirup udara segar bebas keluar rumah dapat mengunjungi tempat-tempat rekreasi di sekitar wilayah propinsi tempat menetap. 

Akibat lockdown dan peraturan setelah lockdown, tentu saja mempengaruhi perubahan tingkah laku kita. Yang biasanya tidak memakai masker, kini wajib pakai masker mengunjungi tempat tertutup. Kita juga dibiasakan hidup bersih mencuci tangan sesering mungkin. Perubahan ini bisa diadaptasi dengan mudah. Perubahan dalam sistem ekonomi masyarakat yang masih sulit untuk beradaptasi. Para pedagang yang kehilangan pekerjaan akibat daya beli masyarakat menurun. Domino effect di seluruh sistem perekonomian dunia. Hingga kini dunia menghadapi krisis ekonomi akinat pandemi covid-19.

Akibat Covid-19 ribuan perusahaan dan jutaan orang menganggur. Tiap hari kita membaca berita perusahaan penerbangan memberhentikan pegawainya. Ada sekitar 500 perusahaan airlines yang sudah diambang kebangkrutan. Jutaan travel agencies di seluruh dunia juga mengalami hal yang sama. Saat saya wawancara dengan pemilik restaurant dan pemilik perusahaan bus yang biasa melayani para turis. Jawaban mereka bahwa sejak dibukanya Uni Eropa untuk turis dari 15 negara mereka hanya mendapat 15% pekerjaan di saat Covid-19 ini.

Trickle down effect teori yang dipakai pemerintah Yunani memangkas pajak masih tetap tidak bisa membantu menanggulangi  pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan baru, karena Yunani 30% GDB dari bidang turisme. Bahkan satu persatu perusahaan mulai menutup gerainya. Sebut saja Pizza Hut menutup seluruh gerainya di Yunani. 

Emotional intelligence tiap individu dibagi dalam dua kategori. Pertama interpersonal intelligence yaitu   kapasitas kita bisa memahami  hasrat , motivasi dan keinginan orang.

Kedua intrapersonal intelligence yaitu kapasitas tiap individu untuk memahami orang lain, menghargai perasaan orang lain dan mengerti ketakutan orang lain. Kesemuanya ini bisa disebut sebagai empati. Jika kita punya empati pada individu lain tentu saja setiap gerak-gerik dan tingkah laku kita akan kita kontrol dengan sangat hati-hati. Bahkan ucapan yang akan kita keluarkan dari pita suara kita akan kita jaga agar tidak menyinggung perasaan seseorang. Lidah lebih tajam dari pedang. Gerakan tubuh dan mimik wajah juga bisa mempengaruhi orang lain yang berinteraksi dengan kita.

Bersambung

Elefsina, 1 Agustus 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun