Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji Hadi

12 Desember 2021   03:50 Diperbarui: 12 Desember 2021   06:15 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Enam bulan pasca kecelakaan, Hadi dirawat oleh ibunya dengan penuh kasih. Ia semakin menyadari besarnya kasih sayang seorang ibu yang merawat tanpa keluh dan pamrih.

Ayah Hadi, Ihsan, wafat di hari kedua kecelakaan Hadi. Jantung ayah yang lemah dan rasa bersalah karena merasa kecelakaan Hadi akibat dari ucapannya, menyebabkan ayah tidak sadarkan diri dan mengantarkannya kembali pada Rabb-Nya.

Di sisi lain, Hadi pun merasa bersalah. Selama ayahnya hidup, Hadi merasa belum menjadi anak yang berbakti. Dan di hari terjadinya kecelakaan, dia telah menjadi anak durhaka karena tidak mengindahkan peringatan ayahnya.

Tiga bulan Hadi hanya tergolek di tempat tidurnya. Hadi yang energik kehilangan semangat karena mengalami kelumpuhan. Ia kini hanya seonggok daging yang tidak berguna. Kondisi ini membuatnya marah dan lepas kontrol. Barang-barang yang ada di dekatnya sering menjadi sasaran amukannya. Terlebih Vania, sang pujaan hati yang hendak dipersunting enam bulan ke depan, menghilang tanpa kabar.

Tidak hanya itu, teman-teman dekat rekan bisnisnya, satu per satu meninggalkan Hadi. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kelangsungan bisnisnya. Omzet perusahan garmen miliknya mengalami penurunan dari bulan ke bulan. Kini Hadi mengandalkan uang tabungan untuk pengobatannya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka mengandalkan pemasukan dari warung sembako milik ibunya.

Ujian bertubi-tubi yang menimpa Hadi, sempat membuat dirinya terpuruk. Ia harus melakukan fisoterapi, psikoterapi dan terapi okupasi untuk memulihkan kondisi fisik dan psikisnya. Wafatnya sang ayah dan janji yang belum sempat ditunaikan, memperkuat kemauan Hadi untuk sembuh.

Hadi mulai bangkit, kelumpuhan tidak menghalangi langkahnya untuk meraih kesempatan kedua. Ia bertekad mempersalih dirinya, karena doa anak yang salih tidak akan terputus. Dua tahun setelah wafatnya sang ayah, Hadi bisa memenuhi janji terhadap ayahnya. Bukan hanya musola, Hadi bahkan membangun masjid dan pesantren tahfidz khusus untuk anak yatim dan dhu'afa.

Dan janji Allah pasti benar, seperti firman Allah di Qur'an Surat Al-Isra : 7:

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri pahalanya". 

Ia rutin mengikuti pengajian di pesantren Al Istiqomah yang terletak tidak jauh dari rumahnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun