Mohon tunggu...
Tatiek R. Anwar
Tatiek R. Anwar Mohon Tunggu... Penulis - Perajut aksara

Penulis novel Bukan Pelaminan Rasa dan Sebiru Rindu serta belasan antologi, 2 antologi cernak, 3 antologi puisi. Menulis adalah salah satu cara efektif dalam mengajak pada kebaikan tanpa harus menggurui.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji Hadi

12 Desember 2021   03:50 Diperbarui: 12 Desember 2021   06:15 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Metromonitor

"Ya, sedekah bisa menghapus dosa dan menjadi perisai dari api neraka. Tapi, tidak dengan harta yang diperoleh dengan cara haram. Itu sama saja seperti membersihkan kotoran dengan air kencing. Bukannya menjadi bersih, justru semakin kotor dan mengeluarkan aroma yang tidak sedap."

"Hadi tidak merampok, Ayah. Hadi melakukan kesepakatan dengan investor dengan sistem kerjasama yang bersifat suka rela dan saling menguntungkan. Tidak ada pihak yang dirugikan di sini."

"Hadi, memutuskan suatu perkara jangan hanya berdasarkan logika. Jika jelas ketetapan itu dalam Al-Qur'an, kita hanya diminta sami'na wa atho'na. Dengar, kemudian taat." suara ayah memelan, seakan pasrah melihat sikap Hadi yang keras.

"Ayah tahu, kan, bagaimana susahnya membangun bisnis? Salah satu faktor pendukung berkembangnya bisnis, karena adanya dana. Mana ada orang yang dengan suka rela meminjamkan hartanya? Hadi berdalih.

"Bukankah kamu berjanji akan membangunkan musola kecil di sebidang tanah yang ayah miliki di Bogor? Jika kamu membangunnya dari harta yang diperoleh dengan cara haram, maka hartamulah yang akan mengantarkanmu ke dalam neraka." kembali ayahnya mengingatkan.

"Kenapa sih, Ayah selalu menakut-nakuti Hadi dengan ancaman neraka?"

Dengan raut kesal, Hadi bangkit dari duduknya. Diraihnya kunci motor, dan dengan tergesa meninggalkan ayahnya yang masih duduk di teras rumahnya yang asri.

"Hadi, mau kemana?" tegur ayah. "Jika kamu tidak mematuhi perintah ayah, maka orang lain atau peristiwa menyakitkan yang akan mengingatkanmu!" setengah berteriak ayah mengingatkan putra sulungnya.

Hadi mengabaikan perkataan ayahnya. Dia segera melaju meninggalkan rumah yang telah menaunginya dalam didikan penuh kasih ayah dan ibunya.

Hadi merasa heran, mengapa kali ini ayahnya sangat menentang keputusannya? Bukankah yang Hadi lakukan selama ini untuk memenuhi harapan sang ayah?

Dipacu motor besarnya dengan kecepatan tinggi, berharap rasa kesalnya terlampiaskan. Benaknya tidak lepas memikirkan keputusan ayahnya yang dianggap tidak menguntungkannya. Dia terlambat menyadari ketika sebuah mobil dari arah berlawanan menyalip kendaraan di.depannya dengan kecepatan tinggi, kemudian oleng.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun