Mohon tunggu...
Tatiana Dayana
Tatiana Dayana Mohon Tunggu... Buruh - Makhluk Neverland

Aku bukan penikmat rindu, kopi, senja. Aku penikmat Kamu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kenang Kembang

24 November 2019   02:20 Diperbarui: 2 April 2020   16:12 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di pembaringan, kunang-kunang terbang berkilau menjadi penghibur malam. 

Ia menari dan menerangi pekat diantara udara yang lembab nan sejuk. 

Andai bersama si Kembang Raya malamku, ku pastikan menenangkan dan nyaman. Ah, larut dalam kenikmatan.

Sayangnya, ia telah pulang. Pulang karena tidak perlu ku bayar dengan uang yang ia cari selesai urusan birahi.

Ku akui ia adalah yang paling menawan meski bukan Kembang Perawan. Ku tegaskan ia adalah "Kembang Raya".

Menjajakan sarimadunya. Ia adalah ahli memuaskan birahi, membuang harga diri dan berhasil ku bodohi.

Padanya ku katakan jatuh hati. Sejujurnya, ia ku bohongi. Aku tidak mengenal si Kembang Raya sebetul-betulnya. 

Tujuanku sebatas urusan ranjang, selangkangan dan telanjang.

Sejelas-jelasnya, aku kasihan.

Malang nian nasib si Kembang demi lima lembar uang seratus ribuan untuk sekali "Jam Tayang". 

Meskipun aku salah seorang yang menikmati dan menuntut dipuaskan birahi dengan cuma-cuma. 

Aku kecewa si Kembang yang merona menjadi liar, rela dipetik dan dicampakkan sia-sia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun