Sebelum bulan Ramadan, pada hari kerja saya biasa membeli sayur dan lauk matang di warung yang dekat dengan sekolah. Di warung tersebut tersedia berbagai masakan ala rumahan seperti sayur asem, tumis kangkung, karedok, sayur bayam, sop ayam, capcay, sayur lodeh, tumis rebung serta berbagai olahan ayam dan ikan.
Saya membeli masakan di warung ini sekalian lewat saat pulang, karena saya terbiasa jalan dari sekolah sampai pertigaan Cibadak baru naik angkot ke rumah. Resiko membeli makanan di luar yaitu menambah sampah plastik, karena setiap item yang dibeli pasti dimasukan ke plastik bening kemudian dimasukan lagi ke dalam kantong keresek kecil.
Selain membeli masakan, terkadang ananda memesan dimsum, siomay ataupun batagor. Sepanjang jalan menuju ke pertigaan banyak yang menjual aneka jajajan, sehingga banyak pilihan. Tentu saja hal ini akan menambah sampah karena untuk pembungkusnya menggunakan styrofoam atau mika plastik. Â
Selama bulan Ramadan saya ingin melakukan langkah sederhana yaitu mengurangi produksi sampah di rumah, terutama sampah plastik dan makanan yaitu dengan cara memasak makanan sendiri Ada beberapa alasan mengapa memasak sendiri lebih ramah terhadap lingkungan yaitu:
Pertama mengurangi sampah kemasan. Dengan memasak sendiri, bisa menghindari penggunaan kemasan plastik dan styrofoam yaitu dengan menyimpan makanan di wadah yang bisa digunakan kembali.
Kedua mengontrol porsi makanan agar tidak terbuang. Saya memiliki keluarga kecil dengan satu anak, sehingga apabila memasak porsinya secukupnya saja untuk bertiga sehingga tidak ada yang tersisa dan menjadi sampah. Kecuali bila ingin berbagi dengan tetangga, maka saya akan memasak lebih banyak daripada biasanya.
Ketiga memanfaatkan bahan makanan secara optimal. Saat memasak di rumah, kita bisa lebih bijak dalam menggunakan bahan makanan. Misalnya, potongan sisa sayuran bisa dimanfaatkan menjadi bahan untuk membuat kompos.
Untuk sayuran yang akan dimasak, saya suka membeli di warung yang terdekat karena pedagangnya belanja ke pasarnya setiap hari sehingga sayurannya masih segar. Saya akan menolak bila diberi kantung kresek, lebih baik sayurannya saya tenteng karena jarak dari warung ke rumah hanya beberapa meter saja.
Keempat lebih sehat dan ekonomis. Memasak sendiri lebih sehat karena bisa memilih bahan berkualitas dan menghindari bahan tambahan yang tidak diperlukan. Selain itu, memasak sendiri juga lebih hemat dibandingkan membeli makanan dari luar setiap hari.
Untuk Ramadan tahun ini kami sedang mengurangi makanan yang manis-manis dan mengandung es, sehingga saya belum pernah membuat ataupun membeli es buah, es jeruk ataupun jus. Hal ini juga efektif mengurangi jumlah sampah. Kami lebih memilih makan buah-buahan secara langsung, setiap hari selalu tersedia buah antara lain pisang, buah jeruk atau pepaya secara bergantian.
Selain mengurangi makanan yang manis, ananda sedang mengurangi makan gorengan sehingga saya pun jarang membuat gorengan sendiri. Tetapi bila saya dan suami ingin makan gorengan, kami membeli beberapa buah saja ke tetangga yang jualan dengan membawa piring dan mangkuk untuk tempat gorengan dan sambal kacangnya.
Untuk sampah di rumah, saya sudah biasa memilahnya. Sampah yang bisa didaur ulang akan saya pisahkan dan bila sudah terkumpul banyak akan saya berikan kepada tetangga yang suka mengumpulkan barang bekas.
Selama bulan Ramadan ini, ananda juga belum pernah membeli makanan secara online sehingga jumlah sampah yang ada di rumah benar-benar bisa dikurangi. Dalam satu minggu kami hanya menghasilkan sampah yang lebih sedikit dibandingkan dengan sebelumnya.
Wasana Kata
Dengan memasak sendiri, kita bisa mengurangi sampah rumah tangga serta berkontribusi pada gaya hidup yang lebih sehat dan berkelanjutan. Ramadan bisa menjadi momen untuk memulai kebiasaan baik yang bisa terus diterapkan sepanjang hidup kita. Â
Dengan melakukan langkah-langkah sederhana ini, kita bisa menjadikan Ramadan lebih bermakna sekaligus lebih ramah lingkungan. Terima kasih telah membaca tulisan ini, salam hangat dan bahagia selalu.
#Tulisan ke-39 di tahun 2025
#Ramadan Bercerita 2025 Hari ke-12
Cibadak, 14 Maret 2025 Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Tati Ajeng Saidah untuk Kompasiana
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI