Mohon tunggu...
Tati AjengSaidah
Tati AjengSaidah Mohon Tunggu... Guru - Guru di SMPN 2 Cibadak Kab. Sukabumi

Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Nayor" Kendaraan Tradisional Khas Kota Cibadak yang Semakin Terpinggirkan

9 Februari 2024   16:17 Diperbarui: 11 Februari 2024   17:13 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nayor di depan pertokoan Labora Cibadak (dokpri)

Untuk nayor tahun kemarin belum diikutsertakan kembali dalam pawai samenan ini, padahal bagi mereka dengan disewa untuk kegiatan ini akan mendapatkan tambahan penghasilan.

Keberadaan Nayor yang Semakin Terpinggirkan

Dulu nayor biasa mangkal di beberapa tempat, antara lain di depan pasar dan di depan pertokoan Labora. Tetapi sejak pasar Cibadak direnovasi, nayor ini hanya bisa ditemukan di depan pertokoan Labora saja. Mereka biasa mangkal mulai pukul 09.00 sampai pukul 12.00, jumlahnya juga antara 3 sampai 5 nayor saja.

Nayor di depan pertokoan Labora Cibadak (dokpri)
Nayor di depan pertokoan Labora Cibadak (dokpri)
Pada hari Minggu yang lalu saya belanja di sebuah mini market yang ada di pertokoan Labora. Di depan toko ada 3 nayor yang sedang menunggu penumpang.

Saya sudah lama tidak naik nayor ini. Saat ananda masih balita, hampir tiap Minggu kami naik nayor dari rumah sampai Pasar Cibadak sekedar untuk menyenangkan anak saja.

Saya mendekat ke nayor yang paling belakang, menanyakan kepada kusirnya berapa ongkos yang harus dibayar sampai gang dekat rumah. Besarnya ongkos tergantung jarak, biasanya sampai ke tempat saya ongkosnya sebesar Rp 20.000,00.


Setelah sepakat, beberapa dus belanjaan dinaikan ke nayor tersebut oleh suami. Selama perjalanan saya ngobrol dengan kusirnya, kebetulan orangnya senang mengobrol.

Kata kusirnya. saya penumpang pertamanya untuk hari ini dan terkadang dalam satu hari tidak mendapat penumpang sama sekali.

Dia mengeluh dengan pendapatannya saat ini yang sering sepi dengan penumpang. Sementara anaknya yang masih kecil ketika pulang ke rumah selalu meminta jajan, karena tidak mengerti dengan kondisi keuangan orang tuanya.

Dulu katanya dia pernah memiliki seekor kuda tetapi saat ini sudah dijual. Kudanya dibeli seharga Rp 15 juta tetapi dijual kembali dengan harga Rp 10 juta karena ada kebutuhan yang mendesak.

Istal milik Ibu Erah di Kampung Bantarmuncang (dokpri)
Istal milik Ibu Erah di Kampung Bantarmuncang (dokpri)
Jadi sekarang dia menyewa nayor dan kudanya dari Ibu Erah yang beralamat di Kampung Bantar Muncang. Setiap hari dia harus setor sebesar Rp 15.000,00, dari pukul 09.00 sampai pukul 12.00.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun