Mohon tunggu...
Eta Rahayu
Eta Rahayu Mohon Tunggu... Lainnya - Urban Planner | Pemerhati Kota | Content Writer | www.etarahayu.com

Hidup tidak membiarkan satu orangpun lolos untuk cuma jadi penonton. #dee #petir E. etha_tata@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud featured

Refleksi Penegakkan Perdamaian Dunia

31 Mei 2012   06:42 Diperbarui: 21 September 2018   05:23 1655
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Hendaknya perjuangan kita harus kita dasarkan pada kesucian. Dengan demikian, perjuangan lalu merupakan perjuangan antara jahat melawan suci. Kami percaya bahwa perjuangan yang suci itu senantiasa mendapat pertolongan dari Tuhan” (Jendral Soedirman, dalam pelantikannya sebagai Panglima Besar TKR pada 25 Mei 1946).

Ya, tentu kita paham bahwa peran aktif Indonesia dalam menjaga misi perdamaian dunia tak pelak sebagai wujud realisasi amanat tujuan negara di dalam konstitusi –UUD. Kalimat yang diutarakan oleh Jendral Soedirman tersebut menjadi gambaran yang cukup jelas bahwa penggabungan nilai agamis sangat dijunjung dalam misi - misi perjuangan.

Konflikpun akan teratasi ketika kita dapat mengaplikasikan ilmu yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang agamis dan cara pandang yang objektif. Begitu pula dalam menjaga perdamaian terutama pada lingkungan sekitarnya.

Keberhasilan Masa Silam

Penjaga perdamaian (peacekeeping) didefinisikan oleh PBB sebagai cara yang dilakukan dalam menolong suatu negara yang terkoyak oleh konflik untuk menciptakan kondisi damai yang berkelanjutan. 

Guna menyongsong peringatan International Day of United Nations Peacekeepers pada tanggal 29 Mei, kita sebagai pemuda tentu juga ingin ikut berkecimpung lebih jauh lagi dalam misi menjaga perdamaian, sekalipun hanya se-area koridor kompleks kita. 

Dikandidatkan menjadi hero tentu bukan perkara yang mudah. Harus ada upaya setimpal untuk menopang ‘panggilan’ tersebut. Hari penghormatan bagi Peacekeepers yang telah gugur ini seharusnya menjadi langkah awal kita mengikuti jejak mereka, walau tidak sepenuhnya harus menjadi seperti mereka yang memegang senjata di medan laga.

Kiprah Peacekeeper TNI untuk perdamaian dunia, khususnya TNI Indonesia mungkin bukan hal yang asing lagi di telinga kita. Sebut saja Kongo, apa yang terlintas? Ya, semoga kita masih ingat tentang apa saja yang telah diukir oleh Peacekeepers Indonesia di mata internasional. Indonesia sejak 8 Januari 1957 telah berpartisipasi mengirimkan pasukan pemeliharaan perdamaian melalui kontingen Garuda I ke Mesir, lalu kontingen Garuda II dan III ke Kongo pada 1962. 

Lanjut pada 2008, Indonesia telah mengirimkan kontingen Garuda ke-26 untuk menjaga perdamaian di Lebanon Selatan. Di tengah masyarakat yang notabene belum banyak mengetahui aksara dan pengetahuan, Peacekeepers telah menorehkan hal yang sangat membanggakan.

Refleksi Nyata

Kabarnya berdasarkan laporan PBB, Indonesia menempati urutan 15 dari 177 negara yang paling banyak mengirimkan pasukan Peacekeepers. Di Sentul Bogor kini ada pusat pelatihan “Peace and Security Center” yang dibangun di area seluas 261,712 ha yang diresmikan sebagai pusat misi pemeliharaan perdamaian, tempat itu juga menjadi lokasi pasukan gerak cepat, pelatihan penanggulanngan antiteror, universitas pertahanan, pusat pelatihan bahasa, latihan penanggulangan bencana, dan latihan olahraga militer. Lantas siapa yang akan menjadi ‘penghuni’ nantinya? Semoga beberapa dari kita pasti ada yang berminat mengembangkan potensinya disana.

Apa yang bisa menjadi Peacekeepers hanya laki-laki? Berdasarkan catatan per Januari 2012 yang dihimpun dari Perutusan Tetap RI untuk PBB di New York, pasukan perdamaian Indonesia berjumlah 1.972 personel militer dan polisi. Sebanyak 19 orang dari jumlah tersebut merupakan personel perempuan. Hebat bukan?

Kita, yang Muda dan Sekarang!

 Berbicara tentang langkah perubahan, kita yang memiliki pandangan jauh kedepan memiliki potensi besar untuk melakukannya, baik itu untuk kita sendiri, keluarga, masyarakat sekitar dan Indonesia. 

Dalam konteks pembicaraan yang telah dituliskan di atas, maka perubahan yang paling ideal dilakukan adalah dimulai dari generasi penerus yang sejak saat sekarang dilatih dan dikembangkan untuk memiliki keahlian pada bidang yang sama, sehingga tantangan zaman dapat segera dipecahkan dan dicarikan solusinya.

Hal tersebut harus diimbangi dengan adanya perubahan dari segi penilaian sumber daya manusia yang tidak setengah-setengah atau berkedok hanya mencari keuntungan materi semata. 

Dalam hemat saya, dengan adanya sikap dan perilaku seperti itu, potensi yang ada diseluruh belahan dunia dapat terangkum dan terseleksi dalam satu misi yang sama. Misi perdamaian yang hakiki. 

Akan tetapi bukanlah hal yang mudah untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai generasi muda seharusnya kita mulai berfikir untuk memberikan solusi terhadap penanganan permasalahan perdamaian dunia.

Apapun solusi yang kita miliki untuk menunjang perdamaian dunia harus kita lakukan dengan menjunjung tinggi nilai nilai luhur yang agamis dan juga cara pandang yang objektif, sehingga konflik yang ada akan kita pandang sebagai suatu kesatuan hal yang suci. 

Misi perdamaianpun bukan lagi menjadi suatu hal yang sulit untuk kita wujudkan kalau kita yakin kita mampu. Sebagai generasi muda dengan ide – ide cemerlang mari mulai menuangkan ide-ide kita untuk menunjang perdamaian. Dimulai dari yang kecil, dimulai dari diri sendiri dan dimulai dari sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun