Mohon tunggu...
Tatang Eko
Tatang Eko Mohon Tunggu... -

Saya adalah Warga Negara Indonesia yang mencintai tanah airnya. Berbagi informasi untuk hari depan yang lebih baik..

Selanjutnya

Tutup

Money

Kronika Pedagang Asongan Kereta Ekonomi

24 November 2011   04:03 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:16 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Pagi tengah merengkuhi Jakarta, namun penghuninya sudah berlomba dijalanan. Begitulah Jakarta tak pernah berhenti berdenyut. Kebetulan saya ada pekerjaan ke luar kota dan bergegas menuju stasiun Jatinegara. Berkat promosi PT KAI yang mengatakan saat ini kereta ekonomi dijual hanya pas tempat duduk saya terpengaruh juga. Tujuan Purwokerto memang ada beberapa pilihan di pagi hari kalau yang murah Kutojaya kalau yang mahalan dikit Purwojaya.

Namun kali ini saya mencoba menikmati kereta Kutojaya, kelas ekonomi. Sebuah moda transportasi yang sangat merakyat namun fasilitasnya juga sangat merakyat. Benar juga ketika baru pukul 05.40 sampai di depan loket tiket tinggal 3 lembar. Untunglah karena sendiri maka tak perlu bingung memilih tempat duduk.  Keinginan menikmati kereta murah tercapai. Setelah merogoh kocek Rp 28.000 dapatlah saya 1 tiket plus nomor tempat duduk.

Karena kereta masih lama saya kemudian memilih warung nasi di pinggir jalan depan stasiun jatinegara. Melihat hilir mudik penduduk jakarta yang sudah memadati jalan ketika jam masih menunjukkan 06.00 tak rela bila dikatakan masyarakat Indonesia pemalas. Mereka bersemangat berangkat kerja bahkan ketika adzan subuh tak lama berkumandang.

Usai sarapan dengan lauk tempe goreng dan telur ceplok saya masuk ke stasiun sambil menunggu kereta tiba. Jadwal kereta tak begitu ngaret jam 07.40 kereta Kutojaya masuk stasiun. Benar juga kereta tak begitu penuh dan tentunya mendapat tempat duduk kereta bergerak.

Suasana pagi masih terasa dan beberapa penumpang hilir mudik mungkin mencari gerbong dan tempat duduk tentunya. Lepas dari stasiun Bekasi kereta mulai ramai dengan para penjual berbagai rupa dan aneka. Mulai dari seduhan berbagai minuman sachet sampai pembersih telinga juga ada.

Kendati kereta tak ada penumpang berdiri namun hilir mudik para pedagang asongan sama saja memberi nuansa "padat" di dalam gerbong. semakin lama kereta semakin panas, maklum perjalanan di siang hari tentu memberi bonus terik matahari.

Namun asyik juga melihat para pedagang asongan menjajakan berbagai barang. Tingkah mereka untuk menarik minat para penumpang patut diacungi jempol. Tak ada rasa menyerah dalam kamus mereka. Seorang ibu membawa keranjang berisi sedikit mangga berkeliling. "Monggo mas tanggung tinggal dikit nih dihabisin sekalian 10.000 aja" rayu ibu tersebut kepada setiap penumpang.

"Ah biasa ngabisin dagangan" begitu kira-kira saya menebak. Dan terbukti di barisan depan saya seorang bapak berhasil di rayunya untuk membeli sisa dagangannya.

Selewat waktu kira-kira 1/4 jam eh ternyata ibu tadi kembali dengan metode sama membawa sedikit mangga dalam keranjangnya dan berteriak dengan kata yang sama. Saya tertawa dalam hati ternyata ibu itu punya metode membawa barang sedikit kemudian menjajakan sekali jual. Keuntungannya mangganya tak dipilih artinya mau manis kecut kecil atau besar pasti diambil. Dan mereka yang membeli merasa telah mendapatkan mangga lebih banyak dan lebih murah karena membeli sisa jualan.

Lain pedagang lain metode. Cara pedagang kopi lain lagi. Ia dengan sabar terus berkeliling dari gerbong ke gerbong menjajakan berbagai jenis kopi sachet. Beberapa pedagang entah sudah berapa kali melintas di gerbong saya. iseng saya membeli pada seorang ibu-ibu tua yang ramah. Usai memesan kopi hitam manis saya bertanya "ibu emang cukup air panasnya untuk jualan di kereta". "ya gaklah mas" katanya sambil menyeduh kopi pesanan saya. "Emang bawa kompor," selidik saya dengan rasa penasaran.

Ibu penjualan kopi tertawa sambil berkata "ribet mas kalau pake bawa kompor segala". "La terus dapat air panas dimana". "Beli di restorasi" ujarnya mantab sembari menyerahkan segelaas plastik kopi manis panas. Oalah ternyata terjadi kerjasama yang saling menguntungkan antara pedagang kopi dengan restorasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun