Mohon tunggu...
Inovasi

Pelangi Api

14 September 2017   13:00 Diperbarui: 14 September 2017   13:08 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pelangi api merupakan salah satu fenomena langit yang langka.  Bentuknya yang berkelok-kelok seperti api dan memiliki warna yang  warna-warni, membuat fenomena alam ini disebut dengan pelangi api.  Proses pembentukan pelangi api ini mirip dengan proses pelangi pada  umumnya. Fenomena ini juga terbentuk karena adanya proses pemantulan,  pembiasan, dan diafraksi cahaya matahari. Warnanya pun sama dengan warna  pelangi pada umumnya, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,  dan ungu.

Pelangi api terjadi ketika cahaya matahari membentur  kristal es heksagonal pada sudut tertentu di awan cirrus. Ketika  matahari menempati posisi tertingginya (lebih dari 58 di atas  cakrawala), sinar matahari yang masuk akan menjadi datar, sehingga  kristal es yang bentuknya menyerupai segi enam akan dipecah menjadi  beberapa warna. Ketika sinar matahari melewati kristal es ini, beberapa  panjang gelombang akan membias, mirip dengan efek penyebaran pada  prisma.

Faktor paling penting dari terbentuknya pelangi api  tersebut, yaitu adanya awan cirrus. Awan cirrus inilah yang menyebabkan  pelangi ini mirip seperti efek api, karena bentuk awan cirrus itu  sendiri. Walaupun pada awan-awan lainnya, seperti awan altocumulus dan  lenticular cirrocumulus pernah ditemukan adanya permainan warna, tetapi  pada awan cirrus ini terjadinya permainan warna sangatlah langka.  Menurut sebuah pernyataan dari NASA, secara teknis penampakan tersebut  disebut awan pelangi, yang disebabkan oleh awan serta tetesan air yang  ukurannya relative sama. Kemudian, awan tersebut mengubah arah dan  membengkokkan cahaya dengan cara yang sama, sehingga hasilnya adalah  gelombang cahaya dan warna awan tersebut yang menjadi mirip dengan  pelangi sebenarnya.

Namun, ada beberapa hal yang membedakan antara  pelangi api dan pelangi. Jika pada pelangi api proses difraksi cahaya  yang lebih berperan, beda halnya dengan pelangi yang banyak terbentuk  karena proses pemantulan dan pembiasan cahaya. Pada proses difraksi  pelangi api, gelombang cahaya diubah menjadi bentuk seperti cincin.  Sehingga terbentuklah fenomena langka tersebut.

Adanya fenomena  alam langka ini terkadang membuat masyarakat awam beranggapan jika yang  tampak itu sebenarnya adalah pelangi, aurora, bahkan tirai cahaya yang  sering tampak di kutub bumi. Beberapa masyarakat pun ada yang  menghubungkan kejadian langka tersebut sebagai tanda-tanda akan terjadi  suatu kejadian besar, bahkan ada juga yang menduga sebagai tanda-tanda  kiamat.

Oleh karena itu, fenomena langka ini membuat kita sebagai  masyarakat awam lebih mengetahui lebih banyak lagi tentang  peristiwa-peristiwa alam. Banyaknya masyarakat awam masih beranggapan  jika pelangi api itu adalah pelangi biasa ataupun aurora. Tetapi,  sebenarnya pelangi api dan pelangi biasa memiliki mekanisme yang  berbeda. Jika pelangi terbentuk lebih karena proses pemantulan dan  pembiasan, sementara pelangi api lebih disebabkan oleh proses difraksi.  Dengan adanya peristiwa pelangi api ini, patutnya kita harus lebih  bersyukur kepada Tuhan YME, karena telah memberikan fenomena alam yang  sangat indah dan membuktikan bahwa Tuhan YME begitu hebatnya menciptakan  alam semesta yang indah ini.

Daftar Pustaka :

(Lutfi Fauziah/Sumber: National Geographic, Live Science)

Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun