"Kau sekarang sadar, tapi bagaimana nanti? Atau sedang pura-pura sadar?" Ucapnya semakin membuat terisak-isak hatiku. Air mataku mengalir, dadaku semakin sesak. Benar-benar kali ini aku dibuat tersungkur diatas kesombonganku menjadikan aku kembali tersadar dari tirai kegelapan.
Kembali aku merenungi dengan hati yang paling dalam. Banyak kebaikan yang aku abaikan, sholat selalu ku sendat-sendat waktunya. Malam hari tak pernah aku terbangun menghaturkan segala nikmat yang ku terima. Sehari lebih banyak mudhorot daripada manfaatnya. Astaghfirullah, apakah ini aku? Masih pantaskah mengaku diriku sebagai guru.
Sesekali aku bertanya menyela senggukan tangisanku "Hai anak muda, maafkan aku yang telah memandangmu sebelah mataku, merasa aku lebih baik daripada dirimu. Ternyata apa yang aku rasa adalah sebuah kesalahan, sekarang aku menyadari bahwa melihat kesalahan orang lain lebih mudah daripada kesalahan sendiri."
"Segeralah engkau pergi dan mengahadap Allah, meminta maaflah padaNya. Niscaya Allah akan memaafkan jika engkau sungguh-sungguh menyesali karena Allah adalah Kasih sayang yang merajai sangat senang jika disambut hambanya, di ingat hambanya. Maka hamba mengigat Allah dan Allah akan semakin mengingatnya. Sampai disini saja, hari sudah mulai lapuk dan sebentar lagi sore ini akan dibalut malam. Aku tidak bisa menemanimu dengan menasehatimu, aku tidak mampu menghapuskan masa lalumu. Aku bukanlah yang mengubah hidupmu hanya saja aku sebagai duri yang mencoba melindungi keindahanmu seperi mawar. "
Suara adzan maghrib menyeru bersahutan. Memberi tanda bahwa aku harus menyudahkan perbincangan dengan nelayan muda tersebut. Segera kutinggalkan semuanya dan mempercepat gerakan agar segera bertemu kekasihku.
Hari ini aku dibuatkan rindu oleh seorang nelayan kepada Tuhanku
Pertemuan ini tak pernah terencana
Membuat aku mendadak gelisah atas
Semua yang pernah ku perbuatkan
Kusangka apakah ini cercaan atau siraman
Sementara aku terdiam
Dalam hatiku bergejolak antara hinaan atau penyadaran
Tapi,
Sudahlah itu semua tidak penting bagiku
Ombak sore yang sembari tadi mencoba meyakinkanku
Tidak akan begitu saja kuabaikan memberikan kembali
Mawarku yang sempat hilang.