Mohon tunggu...
Taschiyatul Hikmiyah
Taschiyatul Hikmiyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Jadilah kamu dengan versi terbaik dari dirimu sendiri dan bermanfaat bagi orang lain. Instagram: @taschiyaa

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Waspada Guilt Trip!

2 September 2021   08:25 Diperbarui: 2 September 2021   08:29 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi saat seseorang tengah dikendalikan oleh orang lain, (Sumber: Kreditpintar.com)

Apakah kalian pernah merasa bersalah terhadap seseorang karena kata-kata yang mereka ucapkan? Atau justru kalian yang membuat orang lain merasa bersalah atas perkataan kalian? Hal demikian disebut dengan guilt trip.

Melansir psychology today, guilt trip adalah sebuah bentuk komunikasi verbal atau nonverbal yang digunakan seseorang terhadap orang lain dengan tujuan menimbulkan rasa bersalah. Sehingga pelaku guilt trip ini dapat mengontrol perilaku si korban agar semua keinginannya terpenuhi.

Perkataan-perkataan seperti, 'Jadi setelah aku berkorban sebanyak ini, terus kamu mau ninggalin aku?' atau 'Aku udah capek-capek masak, tapi kamu malah makan sedikit.' mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kalian. Perkataan sejenis itu akan menimbulkan rasa tidak enak dan bersalah sehingga akhirnya mau tidak mau, seseorang yang menerima perkataan tersebut menuruti perkataan dan permintaan mereka.

Penggunaan guilt trip ini sudah tidak asing lagi alias sering kita temui di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain menimbulkan rasa bersalah perilaku ini juga dapat menjadi penyebab kebencian korban pada pelaku.

Melansir learning mind, ada beberapa tanda seseorang menjadi korban guilt trip.

1. Merasa mengecawakan pelaku

 Tindakan guilt trip ini bertujuan agar korban merasa bersalah atas apa yang ia lakukan terhadap pelaku. Oleh karena itu kalian dituntut dengan kata-kata seolah kalian telah mengecawakan dan harus melakukan sesuatu untuk menebusnya.

2. Dibanding-bandingkan dengan orang lain

 Kalian pasti sudah tidak asing lagi dengan banding-bandingan dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya hal ini dilakukan oleh ibu-ibu, faktor utamanya kerap kali dilandasi oleh tujuan agar anak yang dibandingkan termotivasi, namun justru perilaku ini dapat menyebabkan mental down.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun