Mohon tunggu...
Taslim Buldani
Taslim Buldani Mohon Tunggu... Administrasi - Pustakawan di Hiswara Bunjamin Tandjung

Riang Gembira Penuh Suka Cita

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Merajut Asa Menuju Mekkah Selagi Muda(h)

27 Desember 2018   08:23 Diperbarui: 30 Desember 2018   12:51 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pergi ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji merupakan asa setiap muslim. Orang desa atau kota, tua atau muda semuanya berharap suatu saat nanti dapat menunaikan rukun Islam yang kelima ini. Setidaknya sekali dalam hidupnya.

Tapi sayang tidak semua orang memiliki kemampuan untuk berhaji. Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan ibadah haji tidaklah murah. Pada tahun 2018 lalu pemerintah menetapkan ongkos haji reguler sebesar 31 juta-39.5 juta tergantung lokasi embarkasi. Dipastikan akan terus naik setiap tahunnya.

Jika memiliki uang pun, perjalanan haji tidak bisa dilakukan sesuka hati seperti perjalanan biasa. Butuh waktu tunggu kurang lebih 10 tahun lamanya untuk mendapatkan giliran berhaji. Hal ini disebabkan tingginya animo masyarakat untuk berhaji sementara Pemerintah Kerajaan Arab Saudi membatasi jumlah jemaah haji untuk setiap negara.

Menurut Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin sampai dengan Desember 2018 terdapat 3.9 juta orang Indonesia yang sudah terdaftar sebagai calon jemaah haji. Sedangkan kuota haji yang disepakati pemerintah Indonesia dan Kerajaan Arab Saudi sebanyak 221 ribu jemaah untuk tahun 2019 (Republika.co.id).

Saatnya Berhaji Selagi Muda(h)

Tingginya biaya haji dan lamanya antrian sebenarnya bukanlah hambatan. Jika bijak menyikapinya kondisi ini justru merupakan momentum untuk mempersiapkan perjalanan haji sedini mungkin. Lebih ringan dalam perencanaan keuangan dan kondisi fisik masih prima ketika giliran berhaji tiba - insya Allah.

Dalam melakukan perencanaan keuangan untuk berhaji, ada satu nasehat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang sangat populer yang bisa dijadikan rujukan. Nasehat itu berbunyi:

"Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu, waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu, masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu, masa luangmu sebelum datang masa sibukmu, hidupmu sebelum datang matimu."

Saya coba meringkas lima perkara menjadi dua domain perkara tanpa mengurangi esensinya. Perkara pertama yakni Muda dan empat perkara lainnya diringkas dalam domain Mudah. Peringkasan empat perkara dilandasi pemikiran bahwa setiap orang bisa melakukan segala sesuatunya secara lebih mudah selagi sehat, selagi memiliki harta atau penghasilan, selagi luang atau leluasa dalam mengatur keuangan, dan tentunya selagi Allah SWT masih memberikan kesempatan untuk hidup.

Ibadah haji jelas berbeda dengan ibadah lainnya dan termasuk ibadah yang berat. Oleh karenanya Allah SWT mensyaratkan hanya mereka yang mampu saja yang diwajibkan untuk berhaji. Mampu secara ekonomi juga mampu secara jiwa dan raga.

Jauhnya jarak tempuh, kondisi alam, faktor cuaca, aktifitas fisik selama menunaikan rukun haji, dan suasana kurang nyaman akibat banyaknya orang yang berkumpul pada saat bersamaan jelas membutuhkan kondisi fisik dan psikis yang bagus. Jika tidak, pelaksanaan prosesi ibadah haji bisa terganggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun