Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Komunisme dan Tuduhan Prilaku Komunis di Indonesia

24 Januari 2022   16:52 Diperbarui: 24 Januari 2022   17:02 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Tarmidinsyah Abubakar

Di awali dengan desas-desus tentang komunis beberapa tahun terakhir ini menjadi issu yang sangat vulgar ditengah kehidupan masyarakat kita di Indonesia.

Beranjak dari desas-desus kemudian secara terang-terangan warga masyarakat bicara tentang komunisme. Terutama issu yang menghadapkannya dengan ideology teology Islam yang merupakan mayoritas penduduk di Indonesia.

Orang mempersepsikan komunis dengan kebijakan pemerintah yang dianggap sengaja bertentangan dengan Islam. Tetapi seharusnya yang perlu diingat bahwa wakil presiden Indonesia saat ini berasal dari ulama bahkan pilihan terhadap Makruf Amin tersebut karena ketuanya Nahlatul Ulama (NU). Jika hipotesa diatas benar, apakah ulama tidak peduli pada agamanya?

Dalam politik memang terlalu mudah orang menjustifikasi terhadap sikap lawan politiknya, walaupun sebelumnya orang yang menjabat dihormatinya setengah mati. Keyakinan terhadap lawan politikpun ditempatkan secara gampang, asalkan berbeda sikap atau persepsi dengan pemikirannya maka merekapun terposisikan sebagai lawan politik. Padahal beberapa waktu sebelumnya rakyat mengelukannya dalam kampanye pemilihan pemilihan rakyat.

Penempatan posisi lawan politikpun tidak karuan, beberapa sebutanpun menjadi penghias pembicaraan ditengah masyarakat, misalnya komunis, PKI, Yahudi dan lain-lain. Apakah secara ideal sikap rakyat sudah tepat sebagaimana disuarakan? Tentu saja berbeda jika tidak karena emosional dihadapan.

Lalu, pertanyaannya kenapa komunisme bertentangan dengan keberadaan negara Indonesia? Tentu secara gamblang kita sebagai warga negara juga cukup paham bahwa negara kita ini sebagai negara agama. Dimana semua warga negara harus memiliki agama sebagaimana tercantum pada Kartu Tanda Penduduknya.

Agama yang diizinkan terdiri dari 5 agama, masing-masing agama Islam,  Kristen Protestan,  Kristen Katolik,  Budha dan Hindu. Lalu bagaimana dengan warga negara yang tidak memiliki agama?  Tentu saja tidak cukup syaratnya menjadi warga negara Republik Indonesia.

Kenapa terjadi pertentangan dengan komunis? Tentu dalam pemahaman ideologi politik bahwa komunis tidak memiliki Tuhan dengan manifestonya. Pada tahapan pengembangan masyarakat komunis disebutkan bahwa tangan tuhan tidak dibutuhkan ketika sistem masyarakat sudah dalam sistem hidupnya yang establish. Begitu kira-kira pandangannya. Penulis tidak mengutip secara letter lux manifesto tersebut tetapi lebih mendekatkan kepada pemahaman yang praktis.

Masyarakat Indonesia sebagai warga negara yang seluruhnya memiliki agama maka sudah wajar komunis bertentangan dengan sistem hidup bangsa Indonesia. Karena profil warga negara itu seharusnya sudah tergolong tertib,  teratur karena semua agama mengajarkan sistem hidup yang beradab. Karena tidak satupun ummat dari kelima agama tersebut yang mengajarkan anti tesis dari itu.

Lalu jika terdapat warga masyarakat Indonesia yang berprilaku diluar nilai-nilai yang berlaku dalam lima agama tersebut, maka merekalah yang sepantasnya di beri lebel komunis.

Prilaku pemerintah yang korup apakah bisa digolongkan prilaku komunis? Tentu sudah jelas jika digaris bawahi bahwa komunis tidak memiliki tuhan. Misalnya korupsi, kolusi dan nepotisme sangat terang sebagai prilaku yang melanggar nilai dalam lima agama dimaksud.

Baik, mari kita balik semua hipotesa tersebut, misalnya dinegara-negara komunis yang dengan kesadarannya demi kebaikan hidup bersama, mereka tidak melakukan pekerjaan pemerintah atau masyarakat tidak melakukan tindakan kriminal karena sistem hidup mereka sudah  cukup baik. Apakah bisa kita simpulkan komunis sebagai simbol atau kebobrokan prilaku warga negara.

Lantas, kita harus menyebut apa kepada mereka warga negara Indonesia yang melakukan tindakan dalam pemerintahan yang bertentangan? Komunis sudah tidak tepat. Lalu kita menyebut apa? Apakah yahudi.

Lalu jika Yahudi dalam sistem hidupnya juga tidak sekorup pemerintah di negara kita, dimana mereka hanya bertentangan dengan negara Palestina yang Islam dalam perkara batasan wilayahnya, sementara untuk amanah rakyatnya mereka justru lebih baik, lalu kita ingin menyebut apa untuk pemerintah kita yang korup? Yahudi sudah tidak tepat, lalu apa?

Oleh karena itu sistem politik untuk kesejahteraan rakyat sebagaimana amanat konstitusi atau tujuan negara bukan pada simbolik dan kecenderungan sebagaimana kebiasaan yang berlaku dimasyarakat kita, karena prilaku warga negara dan pemerintah yang antitesis dengan peraturan dan etika kebangsaan dan negara justru dapat digolongkan biadab bahkan posisinya justru dibawah prilaku manusia yakni prilaku binatang (animal behavior).

Oleh karena itu sumber masalah dari segala masalah bangsa justru pada mentalitas orang,  karena pemimpin negara ini tidak pernah bisa menjelaskan bagaimana mereka membangun sumber daya manusianya. Pemimpin negara ini juga tidak bisa menjelaskan bagaimana profil warga negara Indonesia yang sesungguhnya.

Karena apa?  Karena ada tong sampah tempat melampiaskan emosinya, yaitu Komunis dan Yahudi. Untuk itulah demi perbaikan sistem hidup warga negara Indonesia harus dikembalikan pada sistem hidup yang berlandaskan nilai-nilai agama sesuai dengan agama yang dipeluk. Perubahan prilaku menjadi catatan paling urgen bukan soal kemegahan pembangunan yang mengandalkan evoria beragama sedangkan isi dalamnya Nol, bahkan jauh lebih buruk dari simbol-simbol yang dijadikan lawan sosial tersebut.

Salam

Sumber : pixels

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun