Mohon tunggu...
Tarmidinsyah Abubakar
Tarmidinsyah Abubakar Mohon Tunggu... Politisi - Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis adalah Pemerhati Politik dan Sosial Berdomisili di Aceh

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Berbahaya, Alat Tukar dalam Politik Kita Masih Uang (Cash Money)

26 November 2020   14:08 Diperbarui: 4 Desember 2020   02:03 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berbahaya, Kualitas Modal Politik Kita Masih Uang (Cash Money)

Berbicara tentang politik tentu kita harus membahas tentang apa sesungguhnya yang menjadi alat tukar dalam politik. Kalau alat tukar dalam politik masih menggunakan uang (cash money) maka maknanya ukuran dunia politik kita masih berada dalam tataran perdagangan biasa. Pada tahapan ini kualitas dunia politik kita berada pada level yang paling rendah dalam dunia politik.

Berikutnya, jika alat tukar naik setingkat, yakni posisi tawar kepentingan pribadi dan kelompok masuk pada level kedua diatas level kualitas yang rendah sebelumnya.

Diatas itu ada alat tukar dalam dunia politik posisi tawar kepentingan lintas partai politik maka kualitas setingkat lebih maju daripada kedua level politik diatas. Setingkat dengan itu alat tukar dalam politik termasuk posisi tawar (bargainning) partai politik dengan pos jabatan tinggi negara adalah dalam level kualitas politik yang sama.

Pada tiga tingkat kualitas dunia politik ini menghasilkan para pemimpin dan politisi sekelas Demagog dalam bahasa baku Yunani (Pemimpin Populer). Dalam politik bermakna seseorang atau sekelompok orang atau partai politik yang melakukan sesuatu langkah politik dengan mata mereka hanya mengincar suara rakyat sehingga mereka butuh kebijakan politik yang populer dan pragmatis seakan atas kepentingan rakyat padahal bisa saja kebijakan itu menjadi alat pembodohan rakyat dalam jangka panjang.

Kualitas kelas politik setingkat ini masih menghasilkan produktifitasnya politik dalam batasan konspirasi politik. Sementara rakyat hanya diuntungkan pada saat ada kepentingan partai politik dan politisi untuk tujuan jabatan di pemerintahan dan konspirasi.

Dalam negara ketiga, sebahagian kualitas politik berada pada tataran ini, sehingga mentalitas politisi dan birokrator tidak berbeda, karena mereka sesungguhnya masih dalam tahapan mencari jabatan dalam pemerintahan untuk memiliki kekuasaan dalam mengelola image populernya dalam masyarakat. 

Pendidikan ini akan terus mengajarkan rakyat untuk dalam kepahaman yang sama sehingga kecenderungan rakyat hanya mampu menghargai serta menghormati mereka yang berjabatan dalam pemerintahan karena akses memperoleh manfaat dari fasilitas dan uang negara. Kondisi sosial ini akan sulit di rubah sehingga rakyat terperangkap dalam lingkaran setan (vicious circle/devil circle) atau lingkaran yang tidak berujung pangkal dan berbahaya bagi pembangunan politik rakyat dan bangsa dimasa depan.

Dengan media tulisan yang terbatas kita hanya bercerita tentang tahapan demagog tersebut dan kita belum masuk ke dalam perbandingan, bagaimana sesungguhnya pemimpin dan politisi yang kelasnya negarawan dan berorientasi pada pembangunan rakyat yang sesungguhnya yang mampu membawa suatu kondisi sosial yang mengarah pada pencapaian tujuan bernegara yakni masyarakat yang sejahtera, masyarakat yang hidup adil dan makmur.

Pada tahapan kualitas dunia politik di negara ketiga, sedikit para pemimpin politik yang memiliki keilmuan dan sikap dalam melakukan politik bernegara, karena apa yang mereka lakukan dapat diaggap sesuatu yang jauh dengan harapan dan kondisi sosial. Bahkan posisinya dapat dianggap sebagai musuh dalam masyarakat yang menghambat berbagai prilaku politisi dan birokrator yang populer dan instan dengan rakyat dan wawasannya.

Modal Politik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun