PAN tidak lagi berbeda dari partai-partai besar lain yang dulu mereka kritik. Kini mereka bahkan lebih buruk karena mereka mengkhianati sejarah mereka sendiri.
Pengkhianatan yang Tak Termaafkan
Reformasi 1998 menelan darah, air mata, dan nyawa. Tapi lihatlah PAN hari ini, partai ini justru duduk nyaman di atas penderitaan rakyat yang mereka khianati.
Mereka adalah pelacur demokrasi menjual suara, menjual harga diri, menjual sejarah perjuangan.
Pesan untuk Rakyat:
Jangan tertipu. Jangan lagi percaya pada mereka yang menunggangi nama reformasi untuk memperkaya kelompok sendiri.
Jangan biarkan demokrasi dipakai sebagai panggung sandiwara kekuasaan.
Demokrasi hanya dijadikan topeng, namun dalam penerapannya mereka justru otoriter.
Hal ini adalah penyebab kekuasaan menjadi sentralistik, kekuasaan penuh (mutlak) ada ditangan ketua umumnya.
Mereka yang dianggap berprestasi tentu sederhana saja, sudah pasti yang paling bisa mendekati ketua umumnya dengan pendekatan apa saja asal bos senang. Bisa minta apa saja asal memenuhi syarat permintaan ketua umumnya.
Kenapa Saya Menulis Ini?
Saya merasa sangat kecewa dengan cara yang dilakukan oleh ketua umum PAN yang melupakan perjuangan kader di daerah. Pengabdian kader PAN di Aceh dianggap sampah, dia tidak paham bahwa kader PAN ada yang meninggal karena PAN, dan dia tidak paham ada kader PAN yang kena pukul dimasa itu. Dia juga tidak tahu bagaimana kami harus melewati jalan yang ditumbangi pohon untuk menjadi peserta. Dia juga tidak peduli kami turun pesawat Hercules dan harus dikawal ketika pulang ke rumah.
Karena saya mantan kader dan pimpinan di PAN Aceh sejak saya masih belia, karena saya warga masyarakat Aceh yang menghadapi konflik dimasa itu dimana kader partai nasional bahkan banyak yang ditembak.