Zaman Soeharto dulu, rasanya semua setuju kalau dia harus diganti. Masih ingat saat itu, mahasiswa - yang menolak berafiliasi dengan partai manapun juga- sebagai gerakan intelektual - yang menggagas gerakan ini.Â
Jokowi - bukan Soeharto. Dipilih langsung oleh mayoritas rakyat - boleh didebat , tapi dia malah dipandang berprestasi , paling tidak - oleh pendukungnya. Pendukung-pendukung yang memang ingin Jokowi jadi presiden.
Sehingga memaksakan gerakan #gantipresiden kepada Jokowi, pastilah bertemu dengan mereka yang benar ingin Jokowi jadi presiden. Beda dengan Soeharto dulu..gerakan anti Soeharto tidak akan bertemu dengan lawan yang berarti - kecuali militer perpanjangan tangan orba (masih ingat kasus trisakti dll?). Di situlah perbedaaan besarnya.
Mendapat banyak penghargaan international - apakah situasi sekarang sebegitu gentingnya, sehingga Jokowi harus diganti ? Tidak peduli yang ganti siapa ? Kan jadi seolah mirip zaman Soeharto ? Yang rasanya koq gak sama...kalau gak dibilang beda banget.Â
Tapi kalau dirasa ada yang lebih baik, yah tentu silahkan saja dipilih. Beda dengan dulu, dimana yang pilih itu partai - sekarang kan sudah langsung.Â
Jadi mbok yah jangan dikondisikan seolah-olah perang badar begitu - wong tinggal pilih koq. Kan gak ada lagi seperti zaman dulu mahasiswa di tangkap. Yah artinya beda lah. Beda jauh.
Pilihlah Jokowi...atau pilihlah Prabowo gitu..kan lebih elok. Kalau tagarnya jgn pilih Jokowi..kan lawannya jadi jangan pilih Prabowo - yang rasanya koq gak sehat - memperkuat polarisasi - kita kan orang Indonesia.