Tempat wudhu terpisah dengan bangunan mesjid, terdapat di luar pagar, berada disebelah selatan bagian depan mesjid, tepatnya berada di bawah bangunan rumah garin mesjid. Masuk tempat wudhu melalui tangga menurun dari sebelah barat. Air wudhu didapat dari mata air yang terdapat di sekitar Mesjid Asasi Nagari Gunung.
Fungsi Masjid Asasi sebagai Objek Wisata Religi
- Fungsi Masjid dalam aspek Spritual
Masjid Asasi di Kelurahan Sigando, Kota Padang Panjang, merupakan pusat kegiatan religius yang memiliki nilai spiritual tinggi bagi masyarakat setempat. Sejak didirikan pada tahun 1685, masjid ini telah menjadi tempat utama dalam menjalankan praktik ibadah umat Islam (Wawancara dengan Datuk Pangeran, 24 Juni 2025), Aktivitas seperti salat berjamaah lima waktu, salat Jumat, pengajian rutin, serta kegiatan keagamaan lainnya telah menjadi bagian dari ritme harian masyarakat Sigando. Fungsi spiritual ini merupakan manifestasi paling mendasar dari keberadaan masjid dalam struktur sosial keagamaan masyarakat.
Berlandaskan pada teori fungsionalisme Bronislaw Malinowski, setiap institusi sosial dalam masyarakat memiliki fungsi tertentu untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Malinowski membagi kebutuhan tersebut menjadi tiga tingkat: biologis, instrumental, dan integratif. Kebutuhan spiritual termasuk dalam tingkat integratif, yaitu kebutuhan yang menghubungkan manusia dengan nilai, norma, dan sistem keyakinan yang lebih tinggi (Malinowski, 1944, him. 36-37). Dalam hal ini, Masjid Asasi menjawab kebutuhan masyarakat akan hubungan vertikal dengan Tuhan, sebagai ruang untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui ibadah dan pengamalan nilai-nilai keislaman.
Selain aktivitas rutin, momentum ibadah besar seperti bulan Ramadan, Idul Fitri, dan Idul Adha menjadi saat di mana fungsi spiritual masjid tampak lebih kuat dan kolektif. Masjid menjadi tempat pelaksanaus salat Tarawih, tadarus, itika, serta penyembelihan hewan kurhan. Semua kegiatan ini tidak hanya memenuhi kewajiban keagamaan, tetapi juga mempererat tali persaudaraan dalam masyarakat, menciptakan kesatuan batin, dan memperkuat rasa kebersamaan
Hal lain yang memperkuat fungsi spritual Masjid Asasi yaitu keberadaan mata air yang dikenal dengan nama "Bula'an", yang terletak tidak jauh di belakang masjid. Bula'an merupakan sumber air utama yang berbentuk kolam berukuran sekitar 8 a 10 meter, dengan mata air yang tertutup kayu jati yang kini telah memfosil (Wawancara dengan pok RT 5 kelurahan Sigando, 3 Juni 2025). Keberadaan mata air ini menambah nilai spiritual dan historis Masjid Asasi, karena diyakini telah ada sejak masa awal berdirinya Surai Godang sebelum namanya berubah menjadi Masjid Asasi. Bagi masyarakat sekitar, air dari Bula'an memiliki nilai sakral, mereka tidak diperkenankan masuk ke dalam kolam secara sembarangan atau mengambil ikan yang ada di dalamnya. Selain menjadi simbol kesakralan dan sejarah, Bula'an juga berfungsi sebagai sumber air utama bagi seluruh masyarakat Kelurahan Sigando serta kebutuhan air di lingkungan Masjid Asasi.
Keterkaitan fungsi ini sejalan dengan pandangan Bronislaw Malinowski, yang menyatakan bahwa "semua unsur budaya memiliki fungsi dalam menjawab kebutuhan dasar manusia, baik secara biologis, instrumental, maupun integratif (Malinowski, 1944: 36-37). Dalam hal ini, mata air Bala'an tidak hanya memenuhi kebutuhan biologis masyarakat (air untuk kehidupan, tetapi juga berperan dalam pemaknaan spicihual sebagai simbol kesucian yang berkaitan dengan keberadaan masjid sebagai pusat kehidupan keugamaan, Nilai sakral yang melekat pada air ini menunjukkan bagaimana elemen budaya dan masyarakat setempat.
Masjid Asasi juga memiliki keterkaitan erut dengan sejarah penyebaran Islam di wilayah Nagari Gunuang, terutama melalui peran peran penting seorang seora ulama besar bernama Syekh Sultan Ishak, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tuanku Daulat. Beliau adalah tokoh penyebar ajaran Islam pada akhir abad ke-17 (Wawancara dengan Datuk Pangeran, 24 Juni 2025). Makamnya, yang dikenal sebagai Pusaro Gadang, terletak tidak jauh dari Masjid Asasi dan masih menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi hingga kini, khususnya pada momen keagamaan seperti bulan Maulid dan musim Haji. Ziarah ke makam Tuanku Daulat memperkuat fungsi integratif masjid dalam membentuk identitas religius masyarakat Sigando. Oleh karena itu, institusi keagamaan seperti masjid juga memenuhi kebutuhan. Integratif masyarakat melalui simbolisme dan praktik sosial yang mempersatukan (Malinowski, 1944, hlm. 38), Dalam konteks ini, keberadaan situs ziarah dan mata air suci di sekitar Masjid Asasi menunjukkan bahwa unsur-unsur budaya dan spiritual berfungsi menjaga kontinuitas nilai dan solidaritas sosial dalarn masyarakat.
Â
- Fungsi Masjid dalam Aspek Pendidikan
Selain menjadi pusat ibadah, Masjid Asasi juga memiliki fungsi penting sebagai pusat pendidikan keislaman masyarakat Sigando. Sejak masa awal berdirinya, masjid ini telah menjadi tempat belajar agama dan pengkajian kitab-kitab Islam. Bahkan sebelum berdirinya Madrasah Thawalib Gunnang pada tahun 1921, kegiatan pendidikan telah aktif dilakukan di lingkungan masjid. Menurut keterangan tokoh masyarakat, "Masjid ini dulu tempat anak-anak belajar agama sebelum ada sekolah formal, bahkan slama-ulama dulu kayak Beya Hamka belajarnya di sini. Lokasi awal Madrasah Thawalib Gusuang pun berada tepat di sebelah Masjid Asasi, yang mempertegas hubungan fungsional antara pendidikan formal dan masjid sebagai pusat aktivitas intelektual dan spiritual masyarakat.
Pada awal 2000-an, bangunan Thawalib dipindahkan ke sisi barut Masiid Asasi, sekitar 100 meter dari posisi semula. Namun perpindahan ini tidak mengurangi peran sentral masjid dalam aktivitas pendidikan. Bahkan hingga kini, Masjid Asasi tetap menjalankan fungsi edukatif melalui kegiatan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA), tahfidz anak-anak, dan majelis taklim, yang secara konsisten berlangsung setiap minggunya. Program seperti Smart Surau yang diinisiasi oleh PKK Kelurahan juga menunjukkan bahwa masjid terus beradaptasi dengan perkembangan zaman dengan memanfaatkan teknologi informasi sebagai sarana belajar generasi muda.